![]() |
Denah jalur mati Tulungagung-Trenggalek tahun 1930 |
Jaman kolonialisme di Indonesia, Belanda banyak sekali membangun jaringan rel kereta api di Pulau Jawa, Madura, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Tercatat dalam sejarah pembangunan jalur rel pada masa Netherland-Indische, hingga tahun 1939 yang diperkirakan menjadi tahun terakhir Belanda membangun jalur rel, total panjang keseluruhan jalan rel di Indonesia mencapai 6811 Km. Pembangunannya dilaksanakan oleh beberapa perusahaan pemerintah dan swasta Belanda, seperti Staat Spoorwegen dan Netherland Indische Spoorwegemaatschappij yang merupakan perusahaan KA pemerintah kolonial, juga seperti Oost Java Spoorwegemaatschappij, Soerabaja Stoomtram Maatschappij, dan masih banyak lagi sebagai perusahaan swasta.
Banyak jaringan jalur rel KA yang dibangun pada saat itu, baik jalur trem, jalur KA utama, maupun jalur KA percabangan (jalur simpang). Namun dari tahun ke tahun, jalur-jalur KA tidak semakin bertambah, malah semakin berkurang panjangnya. Jalur-jalur yang mati, banyak diantaranya karena kurangnya okupansi angkutan, kalah persaingan dengan moda angkutan lain, atau sebab lain. Jalur KA yang mati, ada yang mati setelah Indonesia merdeka, bahkan sebelum Indonesia merdeka, atau masih dijajah juga ada yang terpaksa dimatikan. Banyak jalur rel yang mati atau dinonaktifkan untuk sementara, bahkan ada yang dibongkar paksa oleh Jepang yang menjajah pada tahun 1942-1945, untuk diangkut dan dibangun kembali di Burma. Salah satu lintas jalur KA yang terpaksa dimatikan sebelum Indonesia merdeka adalah jalur mati Tulungagung-Trenggalek-Tugu.
1 ST Tulungagung Ta 0.000
- Jepun Jpn 1.143
- Beji Bej 2.747
- Boyolangu Byl 6.535
- Pojok Pjk 8.913
- Pelem Pel 11.317
2 ST Campurdarat Cpt 13.670 (SDN 2 Campurdarat)
- Duwet Dwt 16.840
- Sokoanyar Skr 19.320
3 ST Bandung Bnd 20.620
- Bandungpasar Bndp 21.285
- Bulus Bls 24.191
- Kedunglurah Kdl 27.780
- Bendo Bdo 31.212
- Ngetal Ntl 33.415
- Siwalan Swn 36.820
4 ST Trenggalek Trg 38.762
- Kedungsangkal Kgs 40.990
- Nglongsor Ngs 43.720
- Winong Wng 46.769
5 ST Tugu Tgu 48.375
Dalam posting ini, saya akan membahas denah penelusuran jalur Tulungagung-Trenggalek-Tugu, sebelum saya melakukan penelusuran ke lapangan untuk mengetahui jalur KA di kota sendiri yang selama ini belum terlaksana. Bagi teman-teman railfans yang ingin menelusuri jalur ini, semoga posting saya menjadi referensi yang bermanfaat.
NB:
- Selalu perhatikan garis putih putus-putus sebagai penanda bekas jalur KA
- Artikel ini sedang dalam pengembangan, karena saya sendiri belum menelusuri ke lokasi
![]() |
Gbr 1, awal bekas percabangan dari stasiun Tulungagung |
Lintas Tulungagung-Trenggalek merupakan jalur cabang yang dibuka dalam 2 tahap pembangunan, yaitu 15 Juli 1921 (Tulungagung-Boyolangu-Campurdarat) sepanjang 14 Km, dan 1 Juli 1922 (Campurdarat-Bandung-Kedunglurah-Ngetal-Trenggalek-Tugu) sepanjang 25 Km. Pada (Gbr 1), awal percabangannya dari jalur 1 stasiun TA yang berlokasi di koordinat 8°3'47.0034''S 111°54'16.7166''E. Menurut keterangan yang diyakini hingga sekarang, jalur 1 yang dulu kini telah menjadi peron tunggu, dan jalur 2-nya telah menjadi jalur 1 yang sekarang. Dari jalur 1 tersebut ke arah selatan, bekas-bekas yang masih terlihat dengan jelas adalah jembatan kecil yang masih utuh dan menjadi jalan kampung, 150 m selatan stasiun, railbed yang telah menjadi jalan kampung hingga ke pertokoan Plasa Nirwana, dan sepasang rel yang lumayan masih terlihat di ujung gang yang terletak di dekat plasa nirwana, di titik koordinat 8°4'24.0312''S 111°54'19.1315''E. Dahulu sebelum mengerti tentang jalur ini, sempat ada pemahaman bahwa dahulu kompleks Plasa Nirwana yang bagian belakangnya sudah menjadi hotel, merupakan dipo kereta dari stasiun besar Tulungagung pada masa itu.
![]() |
Gbr 2, denah eks jalur Tulungagung-Trenggalek dekat lokasi pasar burung Beji dan dekat SMAN 1 Boyolangu |
Setelah melewati kompleks pertokoan Plasa Nirwana, bekas jalur TA-TLK ini menyatu dengan jalan raya yang sekarang. Letaknya di tikungan jalan raya dekat pasar burung Beji pada koordinat 8°4'50.9527''S 111°54'10.9433''E, sedangkan relnya tetap lurus. Dari situ lah bekas jalur relnya terus berada disamping jalan raya hingga sekitar 500 m sebelum pasar tradisional Beji.
![]() |
Gbr 3, denah melewati dusun Talapan |
![]() |
Gbr 4, denah bekas jalur melewati sungai di Boyolangu |
Sampai di sebuah sungai yang lumayan besar, kita akan menemui sebuah dam gerak di sebelah jembatan jalan raya Boyolangu (Gbr 4) di koordinat 8°6'37.2568''S 111°53'43.4432''E, dimana dam tersebut menggunakan pondasi bekas jembatan KA. Dan rel yang ada, diperkirakan menggunakan rel bekas jalur tersebut, atau mungkin menggunakan rel lori tebu yang memang juga ada disana, berdampingan dengan jalur KA.
![]() |
Gbr 5, denah jalur sekitar Pasar Boyolangu |
Mendekati pasar Boyolangu (Gbr 5), bekas jalur rel bergeser agak ke tepi (merapat ke tengah pasar), diperkirakan letak bekas stasiun Boyolongu terletak di sekitar polsek Boyolangu yang terletak di 100 m selatan pasar. Koordinat lokasinya 8°7'11.5172''S 111°53'39.1171''E. Bahkan bisa jadi letak bekas stasiun Boyolangu dulu terletak di sekitar pasar itu sendiri. Mulai dari sana, bila kita mengadakan penelusuran, kita harus jeli melihat tanda-tandanya, atau kalo perlu kita tanyakan ke warga sekitar, tentu orang yang ditanyai sudah sangat tua dan tentu sudah sangat sulit menemui orang yang tepat karena jalur Tulungagung-Trenggalek sudah mati sejak lebih dari 75 tahun yang lalu.
![]() |
Gbr 6, denah sekitar lapangan Pojok |
![]() |
Gbr 7, denah bekas jalur dekat area sawah bekas bakal lanud ketika masa pemerintahan Soeharto |
![]() |
Gbr 8, denah bekas jalur sekitar pasar Campurdarat |
Mendekati pasar Campurdarat (Gbr 8), kita juga bisa menemukan bekas stasiun Campurdarat disana. Menurut referensi yang saya peroleh dari sebuah website forum railfans, letak bekas stasiunnya terletak di SDN 2 Campurdarat yang sekarang. Bahkan saya pernah melihat gambar sebuah menara air stasiun Campurdarat yang masih berdiri hingga kini. Dari area Campurdarat, bekas jalur rel masih berada di samping jalan raya, namun agak menjauh 40 m ke selatan. Untuk menjangkau dan menelusuri jalan kecil yang diduga bekas railbed jalur KA, dari arah Boyolangu, setelah puskesmas Campurdarat ada jalan masuk ke kiri, sekitar 30 m dari situ merupakan titik 8°9'44.748''S 111°51'33.0559''E yang diduga bekas railbed jalur KA. Kembali ke jalan raya, sebelah barat pasa Campurdarat kita akan menemui jembatan sungai yang agak besar, disampingnya terdapa jalan setapak menuju titik 8°10'0.2705''S 111°50'55.5522''E. Disana mungkin kita bisa menemukan petunjuk. Kembali ke jalan raya, ke arah barat hingga masuk wilayah Bandung (bukan Bandung Jawa Barat loh..).
![]() |
Gbr 9, denah bekas jalur petak Campurdarat-Bandung |
![]() |
Gbr 10, denah bekas jalur petak Campurdarat-Bandung |
![]() |
Gbr 11, denah bekas jalur petak Campurdarat-Bandung |
![]() |
Gbr 12, denah bekas jalur sekitar pasar Bandung |
Sekitar 1 Km sebelum pasar Bandung, rel menikung ke utara, memotong jalan raya ke arah Durenan di titik 8°10'13.7662''S 111°47'38.9569''E, +- 300 m sebelah barat SDN 1 Sambitan. Di lokasi itu kita mungkin kita tidak banyak menemukan petunjuk. Namun ada lokasi pertigaan di titik koordinat 8°10'9.0257''S 111°47'14.006''E yang dapat kita jangkau melalui pertigaan kedua ke kanan yang terhitung dari SDN 1 Sambitan. Disana ada jalan kecil yang diduga bekas railbed KA, menuju ke arah utara. melalui jalan tersebut kita juga bisa menuju jalan Bandung-Durenan. Kalau dari pasar Bandung, belok ke utara di perempatan tepat di baratnya pasar (Gbr 12). Jika mengendarai kendaraan bermotor, berjalanlah pelan saja, sebab sekitar 750 m dari perempatan pasar Bandung bekas jalur relnya memotong jalan di titik 8°9'48.4949''S 111°47'6.7448''E, namun kita tidak bisa banyak berharap dilokasi tersebut.
![]() |
Gbr 13, denah bekas jalur petak Bandung-Durenan |
![]() |
Gbr 14, denah bekas jalur petak Bandung-Durenan |
![]() |
Gbr 15, denah bekas jalur petak Bandung-Durenan |
Pada Gbr 15, ada lokasi yang menarik untuk ditelusuri, yaitu SDN 2 Ngadisuko yang berlokasi di titik 8°8'8.8195''S 111°46'51.411''E, karena di lokasi tersebut merupakan area sekolah yang bertempat di bekas railbed jalur KA (menurut wikimapia.com), mungkin saja kita bisa menemukan petunjuk di sana. Ada juga jalan menuju ke areal persawahan, letaknya tidak jauh dari SDN 2 Ngadisuko, berada di titik 8°8'6.2578''S 111°46'54.8098''E, kita bisa masuk ke jalan arah ke utara yang ada pada titik koordinat tersebut, sejauh 450 m. Mungkin kita bisa menemukan petunjuk disana. Setelah menjangkau lokasi tersebut, kita kembali ke jalan Bandung-Durenan.
![]() |
Gbr 16, denah bekas jalur sekitar Durenan |
Dari jalan Bandung-Durenan terus ke utara kita akan sampai di jalan raya Trenggalek-Tulungagung kemudian kita belok kiri. Sejauh 1 Km dari pertigaan arah dari jalan Bandung-Durenan tadi, terdapat area persawahan luas di kiri (selatan) jalan. Jika kita kesana saat musim padi, bahkan lebih beruntung bila padinya belum tinggi, mungkin kita bisa melihat bekas railbednya yang tampak memotong diagonal areal persawahan tersebut. Dari situ bekas jalur KA menikung ke barat sejajar dengan jalan. Mungkin kita bisa menelusuri sebuah lapangan, tidak jauh dari persawahan tadi. Lapangan tersebut berada di titik 8°6'49.6325''S 111°46'28.9319''E, setelah perempatan kecil Kedunglurah.
![]() |
Gbr 17, denah bekas jalur sekitar SDN 5 Bendorejo |
Bergerak lebih ke barat, kita akan menjumpai SPBU Bendorejo di kiri jalan. Sebelah barat SPBU ada area persawahan, kemungkinan kita bisa menjumpai petunjuk di sekitar sana. (Gbr 17) Setelah persawahan ada SDN 5 Bendorejo. Agak ke barat kita akan menjumpai jembatan besar, di titik 8°6'0.3056''S 111°45'21.7652''E. Mungkin disana kita tidak menjumpai petunjuk disana.
![]() |
Gbr 18, denah bekas jalur sekitar pasar Bendo |
Sekitar 500 m dari jembatan tadi, kita akan sampai di pasar Bendo (Gbr 18). Mungkin tidak banyak petunjuk disana, tapi tak apalah kita telusuri sejenak, barangkali kita menemukan bekas stasiun disana. Namun jangan tergesa-gesa meninggalkan area pasar Bendo, karena tidak jauh dari perempatan pasar Bendo, ke arah barat kita akan menemukan lagi jembatan yang menurut keterangan di wikimapia.org adalah bekas jembatan KA Bendo, jembatan tersebut berada di titik 8°5'42.5245''S 111°44'42.5234''E, berada di sebelah kiri jembatan jalan raya.
![]() |
Gbr 19, denah bekas jalur sekitar SMKN 1 Pogalan Trenggalek |
Di desa Ngetal, bekas jalur KA memotong jalan lagi ke utara jalan, tepat di tikungan jalan dekat SDN 1 Ngetal/SMKN 1 Pogalan. Sekitar 400 m setelah SMKN 1 Pogalan, rel berbelok ke arah barat laut, tepat di sebelah pertigaan besar Ngetal (pertigaannya arah ke selatan, Gbr 19). Namun kita bisa menelusuri melalui pertigaan ke utara setelah pertigaan Ngetal tadi. Pertigaan belok kanan, kemudian pertigaan lagi belok kiri. Kita bisa menelusuri jejak-jejaknya yang mengarah serong dari jalan setempat, di titik koordinat 8°5'26.5405''S 111°43'31.7258''E
![]() |
Gbr 20, denah bekas jalur barat laut SMKN 1 Pogalan Trenggalek |
![]() |
Gbr 21, denah bekas jalur dekat kota Trenggalek |
Mendekati pusat kota Trenggalek, lokasi railbed bekas jalur KA akan semakin mudah untuk kita telusuri. Berdasarkan map wikimapia.org, terdapat keterangan yang menyebutkan ada bekas pondasi jembatan KA di titik koordinat 8°3'41.8756''S 111°42'57.7757''E (Gbr 21) dan ada keterangan lagi di titik 8°3'23.7103''S 111°42'24.3659''E, juga tidak jauh dari sana ada sungai di 8°3'26.1961''S 111°42'8.3369''E (Gbr 22)yang tepat diatas jembatan. Sayangnya bukan jembatan KA, dari pencitraan GoogleMaps, di titik tersebut adalah jembatan jalan yang tidak searah dengan bekas jalan rel, dekat dengan RSUD kota Trenggalek.
![]() |
Gbr 22, denah bekas jalur dekat RSUD Trenggalek |
![]() |
Gbr 23, denah bekas jalur dekat SMAN 1 Karangan dan Kodim Karangan Trenggalek |
Lanjut ke arah Tugu, bekas jalan rel berada di selatan jalan raya Trenggalek-Ponorogo. Tapi tidak begitu jauh bekas jalurnya memotong jalan raya, (Gbr 23) menurut wikimapia.org jalur tersebut memotong jalan di titik 8°3'20.8426''S 111°41'26.3144''E, berdekatan dengan markas Kodim Trenggalek, juga tidak jauh dengan SMAN 1 Karangan Trenggalek. Namun sepertinya tidak ada bekasnya lagi di lokasi, bila kita melihatnya langsung kesana.
![]() |
Gbr 24, denah bekas rel Trenggalek-Tugu |
![]() |
Gbr 25, denah bekas jalan rel petak eks-Stasiun Tugu dengan eks-Stasiun Kota Trenggalek |
Setelah melewati area tersebut, bekas jalur rel menjauh dari jalan raya, (Gbr 24, Gbr 25) hingga ke lokasi yang berada pada titik 8°1'42.9762''S 111°38'10.8395''E, dimana tempat yang bernama SMPN 1 Tugu dan balai desa Dermosari merupakan bekas area akhir atau ujung dari lintas cabang jalur kereta api Tulungagung-Trenggalek, yaitu stasiun Tugu. (Gbr 26)
![]() |
Gbr 26, denah bekas Stasiun "terminus" Tugu Ujung dari lintas jalur mati Tulungagung-Trenggalek |
Baca juga..
Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 1
Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 2
ternyata trenggalek punya bekas jalur rel KA
ReplyDeletewuih luuengkap, mek pemerintahe ora iso ngatur opo maneh gawe jalur rel pinter londo yo
ReplyDeleteWah.....bagus sekali tuh.....udah lama saya pengin tau sejarah kereta di trenggalek, soalnya rumah saya dekat bekas stasiun Tugu (skg SMPN 1 Tugu). Bahkan di depan rumah ada patok beton dengan tulisan SS . Trims banget ya....smoga dapat data lebih lengkap lagi....
ReplyDeleteBagus banget bro,, datanya cukup lengkap dan jelas. Jalurnya sudah betul, karena rumah saya dekat dengan jalur itu. Saya tahu kalau di Trenggalek ada jalur KA dari cerita Almarhum ayah, juga dari kakeknya isteri saya, yang pernah naik KA itu sampai ke Tugu. Saya pernah menelusuri dari Stasiun T.Agung sampai Trenggalek,, banyak bekas (jembatan) yang masih bisa kita lihat ataupun jalur yang sekarang menjadi jalan desa.Trim's infonya...
ReplyDeletebanyak aset ka yang terbuang sia-sia y0, adai saja jalur2 itu di hidupkan lagi, mungkin tulungagung ka2nya bikin hidup jadi lebih hidup,heeee....
ReplyDeleteedy rekuest tahun 50an yo
hehe... siap mas...
DeleteMbak Silvie Anissa jalur TULUNGAGUNG_TRENGGALEK sudah mati semenjak sebelum Jepang masuk, menurut kabar sejarahnya karena pada masa itu kena krisis ekonomi
ReplyDelete________________________________
Mas Ivan bolehkah saya minta data dirinya mas, mungkin lain waktu saya bisa menghubungi mas dan menelusuri kembali jalur ini...
________________________________
Pak Sony Mega terimakasih banyak Pak, mungkin kita lain waktu bisa bersilaturahim ^_^ saya sangat tertarik sekali dengan kisah bapak..
________________________________
OK Mas Edy,, silakan mampir ke gubug saya di Trenggalek. Asal saya dr Durenan (Sumbergayam), tp sekarang tinggal di Jl. Soekarno Hatta GG Siwalan / bisa ke toko Teguh Waris Baru (50m selatan Gedung Serba Guna).
ReplyDeleteAlhamdulillah... terimakasih pak Sony Mega, insya Allah nanti saya sowan kesana.
ReplyDeleteNomor saya 085233643172, mungkin pak Sony punya pengalaman2 atau ketertarikan tentang kereta api, kita bisa saling bertukar pengetahuan. Maklum saya 'penggila' kereta api, saya sangat suka sekali dengan hal-hal yang bau sepur..hehehe...
Kalo nggak salah, itu jalur kereta punya pabrik gula.....buat angkut tebu.....
ReplyDeletejalur yang mana mas? saya tidak membahas jalur lori tebu..
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWallaikumsalam Assyafiya.. Boleh, dengan senang hati insya Allah akan saya bantu semaksimal pengetahuan saya yaa... Ada kontak? (Pin BB, No. HP, Whatsapp), boleh diemailkan ke edysangrailfans@gmail.com.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteJejak jalur ini memang pernah ada, masih ada sisa-sisa pondasi jembatan besar yang bisa dilihat bentuk fisiknya ada 3 jembatan utama yang melintasi sungai 1. campurdarat (s. campur) dilihat dr ukuran pondasiny kira2 panjang jembatan 50m 2. bendorejo (s. kampak) kiri jalan dr arah t.agung. 3. Siwalan-Trenggalek kira2 dulu pjngy 30m
ReplyDeleteJembatan di campur darat saya tidak menemukan.. sungai campur apa di jembatan dekat dam ya?
Deletesory bukan jembatan maksudnya, yang tersisa sekarang tinggal pondasi di sisi timur sungai
Deletelihat di gbr 9 mas
Deleteoh iya, maaf saya lupa. di Gbr 9 itu saat saya lewat tidak ada bekas apapun, sejauh saya memandang bersih, tak ada bekas2 di tepinya juga.
DeleteKalau diliat dari petanya, Tulungagung-Tugu kok itu seperti rel kereta trem atau mungkin kereta tebu, ya?
ReplyDeletekalau menurut saya memang ini termasuk jalur trem, kalau lori jalurnya lebih banyak membelah sawah2 secara tegak lurus karena radius belok lori tebu yang lebih kecil sehingga mudah untuk dibentuk secara lurus, beda dengan jalur KA.
DeleteKalo trem itu apa lokomotifnya kecil ato gimana
DeleteKA tram itu pake lokomotif spesifikasi ringan
DeleteMenurut saya jalur ini masih misteri, dalam sejarah kolonial jalur ini termasuk jalur SS tram yang ditutup pada tahun 1920an, karena krisis pada waktu itu. Jalur ini bahkan sudah di hapus di peta2 kolonial tahun 1938-1942. namun menurut pengakuan warga rel dan jembatan pada jalur ini dibongkar pada tahun60an. Yang aneh menurut saya bekas rel yang masih tersisa berukuran sama dengan rel lori
ReplyDeletehttps://drive.google.com/file/d/0B6bDX8IbS7wcT0hiR083ZmZJSkJPQTlwbEJ3eGdJVVJkemtz/view
Banyak pertanyaan yang belum dapat saya ketahui
1. Apakah jalur tram ini di tutup belanda tahun 1920 karena sudah tidak terpetakan pada peta kolonial th 1940an
2. Apakah jalur ini termasuk jalur yang dibongkar dan dipindah ke burma pada jaman jepang
3. Sisa rel lori yang ditemukan di daerah sambirejo pada jalur ini, kec trenggalek
4. Pengakuan warga yang pernah menyaksikan pembongkaran rel oleh PJKA tahun 1960an
This comment has been removed by the author.
DeleteBerdasarkan data (peta kolonial, dokumen belanda ttg krisi 1920an) yang pernah saya lihat di internet sepertinya agak bertentangan dengan pengakuan warga serta bukti rel yang saya temukan di lokasi. Hal ini semakin membingungkan untuk mengurai sejarah tentang hilangya jalur ini
Deletekarena bekas rel lori itu ada dimana2, selama sawah masih lebar kemungkinan ada rel lori disana. karena kan sawah tidak selalu ada padi kan? bisa jadi ditanami tebu juga yang merupakan bahan baku utama PG.
Deletepeta kolonial itu banyak, ada yang tampilannya nampak sama tapi sebagian petunjuknya tidak ada. dugaan sementara ini memang ada yang mengatakan krisis ekonomi, merugi, dan bisa juga kalo rel nya diangkut ke burma dulunya..
DeleteKalau berdasarkan peta diatas, Jalur Tulungagung - Tugu itu termasuk jalur Tram atau Tramweg (karena disimbolkan garis putus-putus,sementara jalur utama disimbolkan garis hitam, sama seperti Jalur Madiun - Slahung.)coba perhatikan pada legenda peta berikut ini http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/1?q_searchfield=madiun&f_uiterlijke_vorm[0]=Maps
Deleteiya, karna masih jalur cabang, kalau sekarang artinya "jalur perintis/rintisan"
Deletesaya akan menjawab pertanyaan masnya
Delete1. Apakah jalur tram ini di tutup belanda tahun 1920 karena sudah tidak terpetakan pada peta kolonial th 1940an ?
Iya, kemungkinan karena jalur ini kurang menguntungkan dan merugikan pemerintah. pendapatan jalur yang tak sebanding dengan biaya operasional kereta, ditambah krirsis malaise. Selain itu jalur ini sering rawan banjir dan tergenang.
2. Apakah jalur ini termasuk jalur yang dibongkar dan dipindah ke burma pada jaman jepang ? Bisa jadi karena jalur ini dibongkar jepang tahun 1942-1944. Kemungkinan besar jalur ini juga diangkut ke bayah dan pekanbaru atau relnya dipakai untuk kepentingan jalur lain. kayak pembangunan double track, atau mengganti rel yang rusak akbibat invasi jepang ke Indonesia.
3. Sisa rel lori yang ditemukan di daerah sambirejo pada jalur ini, kec trenggalek ?
kemungkinan itu antara rel lori atau bekas jalur ka trenggalek. ada nara sumber menyebut sekitar tahun 1980-90an masih ada rel disekitar ngetal sampai sambirejo trenggalek. Tapi menurut informsi dan data jalur lori nggak sampai ngetal katanya sih cuma sampai durenan dan bendo.
4. Pengakuan warga yang pernah menyaksikan pembongkaran rel oleh PJKA tahun 1960an.
mungkin jalur yang dibongkar yang trenggalek. kenapa saya mengungkap hal itu, karena katanya jalur ka tulungagung-tugu nggak semua segmen campurdarat-tugu dibongkar. Mungkin segmen yang melewati kedung lurah dan bendo hingga ngetal masih ada relnya bahkan masih dipakai angkut2 minyak ke tulungangung terbukti dengan dipindahkanya jembatan plengkung. jembatan plengkung itu bekas jembatan ka, kemudian dipindah ke utara perempatan bendo karena sudhah nggak dipakai dan pondasi bangunan masih bagus. Dan mungkin sekitar 60an dibongkar beserta rel dan jembatanya. O iya saya menyingung jawaban pertanyaan ke 3 soal rel di sambiredjo mungkin ada kaitanya dengan ini.
ini berapa jawaban yang saya jawab berdasarkan informasi dan cerita warga setempa
Klo mas ingin tau lagi deket rmah di cengkong ada 1 bekas pndasi jembatan ka...50 m sebelum kodim t.glk di selatan jalan. Klo mas ingin kroscek, bisa tak anter....081240571293
ReplyDeletemaaf dengan mas sapa ya? :-)
Deletekodimnya yang ada di barat kota kan? tepat di sudut kodim itu dulu jalurnya memotong jalan raya..
Saya mas iqbalulloh rumah saya di kampung sumberagung dekat kodim, baru2 ini juga menemukan patok SS dekat eks jembatan dekat rumah saya no hp sy yg aktif : 082139495645
Deleteooh mas iqbalulloh azam.. baik lain waktu insya Allah qt boleh berjumpa. nanti saya hubungi
Deletemas azam ada WA tidak?
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deletemas Fatah komen ini ya yang mungkin terhapus?
Delete""
untuk penelusuran kedua ini alhamdulillah sudah benar.
gambar 1-6...
https://drive.google.com/file/d/0B8Exg4UbJWWWZjZNS3FwRzNvUG8/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B8Exg4UbJWWWX2xpTnJhTV9PNHM/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B8Exg4UbJWWWRFNXeGFQdWwzT3c/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B8Exg4UbJWWWV3hRVS03c0ZDTVk/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B8Exg4UbJWWWZlBRU0w3ZDVmY3c/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B8Exg4UbJWWWcEVkaUV1LUx5RXM/view?usp=sharing
gambar pertama adlh lokasi dr jembatan tsb yaitu di bawah kaki gunung telogo.
untuk kondisinya sndiri ya sprti yg terlihat banyak di tumbuhi rerumputan bahkan pohon2 besar. selain itu sy jg sudah mencari bekas2 rel kereta di skitr situ tp tdk menemukan apa2 mgkn dilain waktu jika ada ksempatan sy akan mencoba mnelusuri lgi... krna kebetulan sy suka dg sejarah.hehe
semoga tulisan sy ini sdikit bisa membantu mas edy ataupun org lain yg membutuhkan
ohiya, jk mas edy ingin memposting beberpa gmbr diatas sbg tambahan blog sy sgt mempersilahkan...
""
iya betul mas tp ada dua tulisan sbnarnya tp gk papa. sbenarnya sy sendiri yg mengahpus. pd awalnya seingat sy menulis di page --> Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 2 tp entah knpa knpa malah kluar di page ini. terus sy copy tulisannya dan sy paste di page --> Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 2 kmudian sy hapus tulisan di page ini dan sy lihat lgi di page --> Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 2 tetap masih ada... stelah bbrp hari sy check lgi koq tiba2 tdk ada hilang tanpa jejak, ini yg bikin sy jd bingung :D
DeleteWahh ternyata dulu trenggalek punya jalur kereta ya
ReplyDeleteSayangnya skrng udh gak ada dan belom ada rencana pembangunan lagi🤔
Padahal bisa memudahkan masyarakat tu terutama para pelajar😂
sabar om.. reaktifasi KA Tulungagung-Trenggalek sedang dalam proses oleh dishub Trenggalek
DeleteInformasinya bagus sekali, sy tertarik dengan jalur ini karena sedang ada isu penghidupan kembali jalur rel Trenggalek Tulungagung,
ReplyDeleteiya, kabarnya sudah diajukan ke pemerintah pusat oleh bappeda Tulungagung
DeleteMas Edy punya IG?
ReplyDeleteada, cari aja "Edy Learny"
DeleteWah datanya sungguh komplit, aku yg saat remaja sblm 1965 tinggal di Tulungagung dan memang asli lahir di Tulungagung hanya mengetahui yg dimaksud Komplek Nirwana itu dulu pabrik minyak kelapa NV. Kian Lam dan spi saat itu masih aktive menggunakan gerbong ketel saat mengirim minyak kelapa. Dan sepanjang jalan raya Beji kearah Boyolangu adalah jalan sejajar Rel KA yg saat itu sisa2 jembatan masih ada. Memang menurut cerita ayah awalnya ada KA jurusan ke Trenggalek, krn sepi penumpang jalur itu dimatikan
ReplyDeleteTerima kasih pak Karmani, itu semua juga berkat dari informasi-informasi lainnya yang berusaha saya himpun dan sinkronkan dengan keadaan di lapangan. Kalau boleh tahu, sekarang pak Karmani tinggal dimana?
DeleteStatus tanahnya milik siapa ya kalau seperti itu, apakah masih milik PJKA atau sudah menjadi milik umum, dan seandainya milik umum, dan mau diaktifkan lagi, kira kira apa akan ada ganti rugi tanah dan bangunan ya?
ReplyDeletesaya belum tahu pasti. kalau masih milik KAI, kemungkinan ada ganti rugi sebagian. tapi kalau sudah milik pribadi/umum, ganti ruginya seperti membeli lahan baru, penuh baik tanah maupun bangunan.
DeleteDi daerah saya tnahnya sudah banyak dimmiliki warga bahkan sebagian sudah terbit SHM sejak tahun 70an
DeleteBerarti ada betulnya info kalau tanahnya bukan lagi milik KAI..
DeleteLalu kapan pelaksanaan nya menghidupkan kembali jalur kereta api nya
ReplyDeletesayangnya tidak ada kabar lebih lanjut, mengetahui bupati Trenggalek nya sekarang sudah menjadi Wagub Jatim, potensi reaktivasinya tidak diketahui lagi.
DeleteLalu kapan pelaksanaan nya menghidupkan kembali jalur kereta api nya
ReplyDeletetidak diketahui. karna rute ini tidak ada ketertarikan lebih jauh dari pemerintah yang berwenang
DeleteKalau misal jadi, tanahnya sudah banyak yang dijadikan pemukiman. Yang di area Kedunglurah sudah berdiri ruko dan kantor desa serta bangunan bangunan lain. Ditambah, jika memang jadi dan dibangun, PT. KAI harus bikin paling tidak sampai ke stasiun Trenggalek kira kira besarnya seperti stasiun Blitar karena harus buat kereta baru. Jika pakai yang lama nanti malah muter muter.
ReplyDeleteiya betul, lahannya sudah lama jadi ruko, kantor pemerintah daerah dan juga sekolah, pembebasannya sangat banyak kalau memang beneran akan dilakukan reaktifasi, dan memang rute yang harus dibangun minimal sampai ke Trenggalek kota
ReplyDeletekalau diukur, stasiun beji lokasinya berada di sekitaran SMA 1 Boyolangu atau dinas pendidikan, ini sangat logis karena di bagian belakang bangunan SMA terdapat menara air dan sumur khas stasiun jadul
ReplyDeleteBuat visitasi menara airnya ini bisa nggak? Lewat mana?
DeleteGan boleh nggak minta wa nya klo suatu saat ane pingin ngubungin agan untuk kepentingan mendokumentasikan/memvideokan jalur nonaktif ka tulungagung tugu ini
ReplyDelete