Sejarah singkat mengenai Balai Yasa Pengok, bengkel besar yang merawat seluruh sarana layak operasi lokomotif, sebagian sarana kereta berpembangkit listrik dan KRD di Pulau Jawa ini telah berdiri sejak 1914 yang didirikan oleh perusahaan kereta api swasta pertama Indonesia, atau Netherland Indische pada masa kolonial Belanda, Netherland Indsche Spoorwage (NIS), dg nama Centraal Werkplaats. Bengkel besar kereta api yang berada di daerah Gondokusuman, Yogyakarta ini pada masa lalu terletak di antara 2 jalur utama 2 perusahaan KA, NIS dengan jalur ganda standart gauge 1435mm di sebelah selatan yang kini masih aktif namun sudah berganti 1067mm gauge standar KAI, dan Staats Spoorwage (SS) dengan narrow gauge-nya 1067 mm di sebelah utara yang tepat di tepi luar area balai yasa yang kini menjadi jalur test run lokomotif. Eksistensi kereta api dengan ukuran lebar jalur 1435mm milik NIS itu hanya berhasil bertahan kurang lebih hingga 80 tahun, hingga pada masa perang dunia kedua, Belanda menyerah dan Jepang menjajah Indonesia pada 1942. Pada masa pendudukan Jepang, jalur KA milik NIS dengan lebar jalur 1435mm itu diubah untuk menyamakan dengan lebar jalur KA 1067mm, mungkin bagi Jepang mempertimbangkan faktor reliabilitas dan untuk menyederhanakan biaya operasional, namun sangat disayangkan nyaris keseluruhan rolling stock kereta api gaug 1435mm habis di-scrap.
Kunjungan IRPS Surabaya di BY Pengok ini diawali dengan sambutan sederhana salah satu kepala unit kerja BY Pengok dalam sebuah ruang rapat yang diselingi pemutaran video profil unit usaha Balai Yasa Pengok dan penyampaian tata tertib peserta kunjungan sebelum melakukan tour ke bagian produksi dan "kebun" lokomotif. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan utama penelusuran area balai yasa yang dimulai dari bagian produksi yang ditemani oleh seorang staf balaiyasa. Di bagian utama area kerja balai yasa, peserta IRPS Surabaya menyaksikan seperti apa bagian dalam ruang kerja pemeliharaan dan perbaikan rolling stock Balai Yasa Pengok yang pernah merawat beragam lokomotif uap mulai dari yang paling kecil sekelas loko B-Series hingga yang terbesar lok DD52. Ruang kerja yang kini menangani sarana diesel ini sangat besar dan cukup luas, dilengkapi dengan unit crane gantung yang mampu mengangkat beban hingga 50 ton tiap ruas utamanya. Pada saat kunjungan IRPS Surabaya ini terdapat beberapa loko CC203 yang tengah proses pembongkaran cat body lama dan pengelasan dalam rangka PA lokomotif. Dari kejauhan juga nampak seunit CC206 sedang proses pendempulan, yaitu CC20623 yang mengalami kecelakaan pasca menyenggol gerbong paling belakang KLB perdana pengiriman pipa gas menggunakan kereta api, yang tidak 'preipal' di emplasemen stasiun Waruduwur dan menyebabkan lokomotif yang saat itu berdinas KA Bangunkarta 56 terguling. Sayang sekali IRPS Surabaya tidak diperkenankan mengambil gambar di dalam area kerja utama BY Pengok ini, sesuai arahan dari kantor pusat KAI yang melarang pengunjung mengambil gambar di area utama produksi atau area kerja bengkel.
Berlanjut ke area kerja bagian luar, peserta menyaksikan kumpulan boogie eks CC200 yang terkumpul di timur area utama. Boogie-boogie bercat kuning itu pada beberapa kesempatan masih dipergunakan untuk memindahkan lokomotif CC yang sudah setengah selesai diperbaiki namun bagian boogie aslinya masih dalam proses pengerjaan. Peserta juga menyaksikan beberapa part lokomotif bekas mesin GE 7FDL 8 serta mesin genset, dan pada saat itu ada C-KRDE prameks yang tengah menjalani percobaan statis kelistrikan di sebelah area utama. Berpindah ke selatan area, peserta menyaksikan seunit BB201 yang teronggok di sebelah bilik istirahat kru kerja balai yasa. BB201 yang pernah menjadi andalan dipo lokomotif PWT itu teronggok menjadi salah satu benda cagar budaya yang perlu dipreservasi. Di area kebun timur peserta juga menemui sang lokomotif legendaris CC20009 yang terbaris bersama 2 unit BB201 livery PJKA di sebelah timurnya.
Selain terdapat lokomotif-lokomotif legendaris, di kebun BY Pengok sebelah timur ini tergeletak unit-unit KRDE eks Prameks kuning non-AC yang pernah menjadi tulang punggung komuter daop 6 selain armada KRD Nippon Saryo sebelum akhirnya dilengserkan dari tugasnya sebagai KA lokal daop 6 di lintas Solo-Yogyakarta- Kutoarjo setelah mengalami PLH di petak jalan rel Brambanan-Maguwo 2012 lalu. Di kebun timur balai yasa terdapat juga beberapa unit bangkai BB301, seunit BB300 dan beberapa KRD Nippon Saryo. Ada juga beberapa bogi lokomotif seperti unit bogi CC201 dan bogi BB krupp. Kisah lain yang cukup melegenda di sekitar kebun timur BY Pengok ini, kabarnya di salah satu sudut kebun timur itu tergeletak modul kipas radiator salah satu lokomotif yang terlibat dalam tragedi Bintaro tahun 1987 silam yang merenggut ratusan nyawa manusia. Namun ketika menyusuri kebun timur, rombongan tidak menjumpai modul radiator tersebut. Puas di kebun timur BY Pengok, peserta bergerak menuju kebun barat/emplasemen BY sebelah barat, dimana biasanya ditempatkan sarana-sarana yang antri untuk diperbaiki, melalui jalur karyawan yang menyusuri sepanjang bagian selatan gedung produksi. Di samping gedung utama produksi terdapat sebuah jalur yang ditempati oleh serangkaian CKRDE merah. Sarana KRDE yang memiliki desain 80% sama dengan sarana KRDE prameks kuning itu mangkrak tidak diperbaiki dg kondisi usang. Entah kenapa sarana CKRDE itu tidak diperbaiki, padahal bila diperbaiki akan menambah armada komuter daop 6 yang sekarang ini kekurangan, sampai harus menggunakan sarana KRDI AC Madiun, hingga akhirnya KRDI AC-nya turut menyerah mengalami kerusakan.
Di emplasemen barat BY Pengok terdapat fasilitas painting dan pengerjaan body untuk kereta pembangkit dan KRD, di area yang juga sering disebut kebun barat Balai Yasa Pengok itu juga terdapat beberapa lokomotif lama yang sudah ditanahkan dengan posisi yang beragam, seperti BB300, BB301, BB303, BB306, BB201 serta satu lagi sang lokomotif legendaris CC200 nomor 08, beberapa unit KRDE prameks kuning yang sudah ditanahkan dan disusun tak searah jalur serta. Sayang sekali, nasib CC20008 pada saat IRPS Surabaya berkunjung tidak seperti kakaknya yang ada di kebun timur balai yasa, loko itu ditanahkan dengan kondisi tanpa boogie dan hanya bertumpu pada cowchatcher-nya saja. Di hari itu juga terdapat BB304 milik dipo lok Cepu yang baru beberapa hari masuk BY Pengok untuk mengantri perawatan lanjut. BB304 tersebut sama seperti seluruh lok tipe diesel hidrolik buatan Fried-Krupp Jerman lainnya di Jawa yang statusnya sudah ditarik/dilarang dari peredaran lintas kereta api untuk berdinas secara sendiri, karena dikhawatirkan terjadi kerusakan di perjalanan karena kondisi suku cadang yang tidak prima dan langka ketersediaannya. Berjalan di lintas utama pun harus disertai lokomotif besar lain untuk menariknya. Namun BB304 tersebut beruntung menjadi salah satu dari sarana lokomotif khusus yang masih dipekerjakan hanya bila terjadi gangguan jalan rel seperti banjir di area Semarang. Di "pit" painting, terdapat seunit CC201 yang tengah dicat oleh karyawan bagian pengecatan sarana. Nampaknya lokomotif tersebut baru saja selesai menjalani rangkaian proses SPA atau PA. Di jalur perbaikan sarana KRD, rombongan IRPS menyaksikan beberapa unit KRD MCW yang tengah menjalani modifikasi menjadi sarana khusus, nampaknya bakal menjadi sarana RailClinic atau RailLibrary.
Kunjungan IRPS Surabaya ini diakhiri dengan bersantai bersama di taman BY Pengok yang berada di depan kantor balai yasa, disamping monumen crane uap. Crane uap tersebut merupakan crane uap Figee kapasitas kecil yg sedikit lebih besar dari crane uap yang dipajang BY SGU. (ew/ri)
No comments:
Post a Comment
Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih