Sebagai negara maritim, Indonesia punya ratusan pelabuhan laut yang memiliki fungsi dan sekala vitalitas yang beragam, mulai dari fungsi dermaga wisata lokal hingga pelabuhan kapal kargo skala internasional. Beberapa dari pelabuhan yang ada, khususnya di pulau Jawa, tidak hanya terkoneksi dengan infrastruktur angkutan jalan raya, namun juga terkoneksi dengan angkutan kereta api. Dalam catatan sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia, banyak pelabuhan di Sumatera, Jawa hingga Madura memiliki koneksi prasarana jalur KA ke pelabuhan laut karena berperan vital mengantarkan komoditas ekspor penting pada masanya, dari daerah penghasil komoditas langsung ke dermaga kapal besar, sehingga memudahkan pengangkutan barang langsung ke kapal kargo. Namun eksistensi jalur KA di pelabuhan ini kurang mendapatkan perhatian, terlebih pada masa-masa pasca kemerdekaan Indonesia. Kurangnya perhatian pada pengembangan moda kereta api pada masa itu menimbulkan penurunan fungsi infrastruktur KA di pelabuhan, sehingga banyak jalur KA di dermaga yang diputus/ditutup dan tidak angkutan KA ke pelabuhan laut berkurang drastis.
Setelah beberapa tahun berlalu, beberapa jalur KA di kawasan pelabuhan menghilang setelah tidak ada lagi angkutan KA ke pelabuhan, diantaranya ada yang menghilang tertutup tanah, aspal jalan, bahkan bangunan kantor-kantor pelabuhan serta pemukiman penduduk di dekat pelabuhan kapal. Namun ada juga di beberapa bagian kawasan pelabuhan yang jalur KA nya masih terlihat menyembul di antara timbunan tanah. Di antara jalur KA pelabuhan yang ada, yang saat ini terkoneksi dengan jalur kereta api untuk angkutan barang seperti yang ada di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya, namun yang masih ada jalur hingga ke dermaga hanya di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
|
Jalur menikung tersembunyi dari arah dermaga nilam |
Minggu, 11 November 2018 lalu, secara kebetulan saya ada keperluan di dekat kawasan pelabuhan Tanjung Perak, dengan mengendarai Supra kesayangan, saya menyusuri jalanan di dekat pelabuhan Tanjung Perak, di sekitar jalan Nilam Barat. Crane-crane besar untuk mengangkat konteiner dari kapal kargo mulai terlihat pertanda saya sudah berada dekat pelabuhan. Tak sengaja pandangan ini menangkap visual jalur rel di dekat area terminal petikemas, saat itu pula saya menyadari, saya berada di daerah Prapat Kurung. Waah, sekalian telisik jalur mati nih.. hehe.. Melalui jalan di dekat pabrik Pusri, saya melihat 2 jalur KA yang timbul tenggelam di atas tanah hingga ke jalan Prapat Kurung, jalur KA dari dermaga Nilam, terputus di belakang pos jembatan timbang yang bercat biru, lalu muncul menjelang wesel di emplasemen yang ada di antara 2 jalan Prapat Kurung. Saya berhenti sejenak menilik emplasemen yang tak jauh dari wesel. Emplasemen jalur di Prapat Kurung ini membujur timur-barat. Jalur sisi selatan lurus menuju terminal petikemas, jalur sisi utara menuju dermaga Nilam. Jalur sisi utara, terdapat wesel yang menghubungkan ke jalur menuju dermaga Nilam dan arah lainnya menuju terminal peti kemas (ada 2 wesel di ujung barat emplasemen Prapat Kurung). Jadi, dari jalur utara bisa juga menuju ke terminal petikemas. Lanjut ke timur, saya melihat ada jalur lagi yang melintang belok di jalan, ternyata jalur tersebut masuk ke dermaga Berlian. Namun sayangnya jalur tersebut sudah terputus, tertutup oleh trotoar meski masih ada wesel yang bercabang dari jalur sebelah utara. Kedua jalur utama emplasemen Prapat Kurung itu membelok di jl. mirah menuju ke stasiun Kalimas.
Kelihatannya saya seperti orang belum pernah kesana ya, hehe.. Padahal saya pernah tinggal di Surabaya untuk beberapa tahun, namun selama itu saya belum pernah mengunjungi area bongkar muat barang KA di Prapat Kurung itu, karena selama itu saya selalu membayangkan disana merupakan area yang cukup tertutup dan bukan jalan umum. Maksudnya tidak semua orang bisa kesana tanpa ada keperluan khusus untuk melintas, sehingga saya mengurungkan niatan untuk pergi kesana tanpa ada keperluan khusus, ternyata daerah Prapat Kurung masih boleh melintas untuk orang umum.
Jalur KA pelabuhan Tanjung Perak ini sudah cukup lama adanya, namun sama seperti jalur KA di area industri lainnya, misalnya di jalur Kandangan-Indro (Gresik), dengan rel yang sudah berukuran besar setara R42-R54, jalur ini punya nasib yang sama saja: mati segan, hidup juga enggan. Masih tingginya biaya pengangkutan logistik via kereta api, membuat perusahaan rekanan berpikir ulang menggunakan jasa KA. Apalagi tidak semua perusahaan yang barangnya diangkut KA dapat menjangkau lebih dekat dan lancar, beberapa faktor yang menghambat kelancaran angkutannya, mulai dari lokasi pabrik yang jauh dari terminal bongkar muat kontener juga jalan yang dilalui truk kontener pabrik rawan macet sehingga menambah biaya transport lanjutan.
Kabar baiknya, pemerintah berencana merevitalisasi jalur KA menuju pelabuhan, salah satunya yang ada di Semarang, jalur KA dari stasiun Tawang menuju pelabuhan Tanjung Mas. Tapi saya belum tahu, apakah nanti jalur KA yang akan dibangun mengakses langsung hingga ke dermaga atau hanya sampai di terminal peti kemas pelabuhan. Namun bagaimanapun pola pengangkutannya, kita berharap pengembangan angkutan logistik KA kontener dapat lebih berkembang dan dapat membantu mengurangi beban trafik jalan raya. (ew/ri)
|
Jalur KA tersembunyi di belakang pos timbangan |
|
Emplasemen Prapat Kurung ujung barat, menuju dermaga nilam
dan terminal peti kemas |
|
Jalur menuju stasiun Kalimas |
|
Ujung timur emplasemen Prapat Kurung |
kak, mau dong review detail tentang jalur koneksi KA dengan Pelabuhan atau foto2 yang sempat diambil. saat ini saya sedang proses penulisan thesis untuk alternatif pemilihan jalur multimoda dalam mengurai kemacetan jalur darat
ReplyDeleteUntuk jalur pelabuhan saya baru ada 1 lokask, yaitu jalur KA di pelabuhan perak, itu pun tidak sampai detail
DeleteM sholeh BD,,bagus pk bs menyelurusuri rel mati d sekitaran tj.perak,krn dsitu area trbatas,,trm ksh share ny..
ReplyDelete