Tuesday 5 January 2021

Single Touring: Lanjut Bermula ke Lumajang-Balung-Rawatamtu #1


Sekali tepuk dua tiga pulau terlampaui. Gak nyangka kalau perjalananku ini ternyata punya kalimat yang mirip-mirip sedikit: Sekali jalan dua tiga lintas jalur mati terjajaki.. hehehe. Yupp dalam single trip pertama kalinya touring menuju Jember ini memang secara tak langsung aku melewati sebanyak dua hingga lintas jalur mati kereta api, yaitu lintas Pasirian-Lumajang, kemudian Lumajang-Balung-Rambipuji, lalu esok harinya aku lanjut menjajaki lintas Kalisat-Bondowoso. Buset dahh ini tracking jalur mati paling jauh yang aku telusuri sendiri.. Yaa meskipun penelusuranku kali ini tidaklah lengkap karena masih ada 2 lintas trem yang belum ada waktu untuk aku jajaki, jalur Kasijamlor-Setelah menyelesaikan visitasi prasarana jalur KA non aktif lintas Pasirian-Lumajang, kini aku melanjutkan lintas yang kedua: Lumajang-Balung-Rambipuji.


Sekilas sejarah, terfokus untuk lintas Lumajang-Balung Rambipuji ini dibangun pada rentang tahun 1913 hingga 1928 oleh Staatsporwegen, yang pembangunannya terbagi dalam beberapa segmen di antaranya lintas Lumajang-Kencong, dilanjutkan Kencong-Balung, kemudian dari timur SS membangun lintas Rambipuji-Balung-Puger dan Balung-Ambulu. Pada mulanya, lintas Lumajang-Balung-Rambipuji ini terbangun dalam 2 skala lebar jalur yang berbeda, lintas Lumajang-Balung dibangun menggunakan lebar 1067mm sedangkan sebaliknya jalur Rambipuji-Balung-Puger serta Balung-Ambulu dibangun menggunakan lebar jalur 600mm, selebar jalur lori tebu (decauville). Kedua lintas beda lebar jalur ini bertemu di stasiun Kasijamlor (KYR). Namun seiring waktu yang tak lama, mempertimbangkan angkutan barang yang semakin meningkat waktu itu, akhirnya pada November 1929 diputuskan semua jalur KA 600mm lintas Balung-Kasiyamlor disatukan dengan 1067mm dan lintas Kasiyamlor-Puger ditutup. Praktis jalur trem 600mm menyisakan lintas Balung-Ambulu saja hingga akhirnya eksistensi jalur Lumajang-Balung-Ambulu/Rambipuji berakhir pada tahun 1986 karena tidak mampu bersaing dengan moda jalan raya yang waktu itu semakin berkembang. Untuk diketahui jalur 600mm yang jejaknya masih terlihat hingga sekarang di depan eks stasiun Balung itu menggunakan tipe rel yang mirip dengan rel lori tebu, sehingga bagi kita yang belum pernah tahu riwayat trem 600mm Balung-Ambulu itu akan mengira kalau jalur itu eks lori tebu. Namun ada keterangan lain yang menjelaskan, sejarah pasca jalur 600mm Balung di-regauge ke 1067mm semuanya, seluruh rolling stock 600mm dipindah ke trem Karawang. Ini menjadi bahan pengetahuan sejarah yang menarik nih, bisa menambah dan mempebaharui pengetahuanku juga.


Naah sama seperti jalur Pasirian-Lumajang yang sudah lebih dulu aku ceritakan, penelusuran jalur Lumajang-Balung-Rambipuji juga sudah aku survey lebih dahulu menggunakan kombinasi Wikimapia dan GoogleMaps, sedikit juga sudah aku perbandingkan dengan peta kuno, namun lebih banyak peta modern sih. Lalu penelusuranku ini juga tidak terlalu lengkap, karena ada 2-3 titik perhentian KA yang terlewati atau gagal ketemu, yaitu eks halte Karangbendo (antara Lumajang dan Tekung), eks stasiun Kencong dan eks Halte atau Stasiun Gumukmas. Pada sesi survey virtual GoMapsSV eks halte Karangbendo itu terletak di dekat jalan desa Karangbendo tidak terlalu jauh dari jalan raya Lumajang-Jember, hanya saja letak eks halte yang berkode 5811 / KBN km 27+522 ini terletak di tempat yang agak ramai dengan pemukiman penduduk. Ada warung kopi dan ada toko di dekatnya, dan tidak terlihat ada bangunan yang mirip-mirip eks halte KA. Mungkin pada masanya perhentian ini hanya perhentian sangat kecil (stoopplats) berbangunan dari kayu, mungkin bangunannya sudah hilang. Stasiun kencong sebenarnya lokasi sudah diketahui, ada penjelajah lain yang sudah pernah menemukan eks stasiun Kencong itu. Stasiun yang berkode 5816 / KNC itu riwayat terakhir pernah menjadi semacam koperasi, letaknya juga tidak jauh sebenarnya, hanya saja aku tuh salah tanda googlemaps, jadi waktu sampai disana aku malah nyasar di sekitar pondok pesantren. Ternyata aku kurang geser ke timur lagi dari ponpes itu. Kemudian eks Stasiun Gumukmas itu sebenarnya juga sudah pernah ada penjelajah jalur mati yang menemukannya, hanya saja stasiun yang punya kode 5817 / GMM itu terletak ditengah rerimbunan hutan pohon sengon atau jati kecil, jadi tidak terlihat. Apalagi di dekat sana ada makam desa dan suasana sore yang agak mendung bikin aku merinding dan ingin lekas sampai di Jember! Jadi bahasan penelusuran jalur KA di jalur Lumajang-Balung-Rambipuji dalam perjalananku ke Jember ini akan kuawali dari stasiun Tekung dan Yosowilangun. To be continue…

No comments:

Post a Comment

Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih