Friday, 24 November 2017

Hujan, Longsor, dan Pengalihan Rute

Sudah sering terjadi apabila musim hujan telah datang, ketika curah hujan turun melebihi kemampuan lingkungan untuk menerimanya, maka "kawan-kawannya" akan muncul dan menimbulkan kerusakan. Ya. Ketika hujan sangat sering terjadi, banjir dan tanah longsor pasti mengintai, terlebih lagi apabila manusia tidak mau menjaga kelestarian dan kebersihan lingkunan. Kalau bencana alam sudah terjadi, maka kerugian harta, benda, waktu, bahkan jiwa bisa jadi tak dapat terhindarkan. Prasarana kereta api pun tidak luput dari intaian bencana alam yang sering menyertai di musim hujan. Terlebih lagi bila bencana tanah longsor terjadi, tidak ada toleransi untuk kelancaran perjalanan kereta api.



Rabu, 22 November 2017, kemarin terjadi musibah tanah longsor yang membuat perjalanan KA untuk mempertahan konsistensi ketepatan waktu menjadi terganggu. Bencana ini terjadi di petak jalan rel antara stasiun Cipendeuy dengan stasiun Bumiwaluya. Tidak terlalu besar bencana tanah longsor yang terjadi, tak seperti musibah beberapa tahun yang lalu, yang mengakibatkan KA Malabar terjerembab di lereng jurang dan menyebabkan lokomotif CC20655 yang masih sangat baru kesulitan diangkat dari dasar kaki bukit. Longsoran kali ini terjadi di beberapa titik sekaligus dalam satu petak jalan tersebut, sehingga semua KA dari dan menuju Bandung dari arah Banjar tidak bisa meneruskan perjalan. Kondisi cuaca yang sedang hujan deras membuat penanganan tidak bisa segera dilakukan, sehingga mau tak mau semua KA yang hendak melintas harus dialihkan melalui Purwokerto-Cikampek dan sebaliknya. Menurut berita yang beredar, ada 6 KA yang berangkat dari Bandung harus dialihkan saat itu juga, yaitu KA Turangga, Malabar, Kahuripan, Mutiara Selatan, Lodaya, Kutojaya Selatan. Sedangkan KA Argo Wilis, Serayu, dan Pasundan penumpangnya dialihkan menggunakan bus.

Ada 4 KA yang menuju Jawa Timur dari Bandung, namun 2 diantaranya KA yang menuju Kediri, Tulungagung, Blitar dan Malang, yaitu KA Malabar dan Kahuripan. Sejak pagi dan disela-sela kesibukan pekerjaan, saya memantau posisi perjalanan KA Malabar 92 dan Kahuripan 182 itu. Sejak sekitar jam 6 pagi, dua KA itu masih di utara Purwokerto. Lama sekali perjalanan KA-KA yang dialihkan itu. Maklum, seiring dengan pembukaan total jalur ganda Cirebon-Surabaya, penambahan KA baru dan Gapeka yang semakin ketat, KA yang dialihkan mungkin harus banyak mengalah dengan KA reguler di lintas utara. Selain karena harus proses langsir yang tidak sebentar karena harus memutar posisi kabin masinis lok single-cab juga karena proses pengisian air toilet dan solar genset. Mungkin juga mengisi HSD lok atau proses penggantian/tukar loko. Menjelang siang, mendadak ada info KLB kirim loko dari Madiun menuju Blitar yang berangkat jam 10an, waah moment banget ini! Kebut dah kerjaan saya yang gak begitu banyak itu.
KLB D7/10008 CC2018905
Menjelang jam 11an, KLB dengan nomor D7/10008 itu tiba di Kediri. Lokomotif CC2018905 yang sedianya untuk berdinas KA 181 dari stasiun Blitar itu lewat di Kediri dengan tanpa menarik kereta apapun. Teringat di Blitar pernah melihat ada beberapa kereta penumpang yang terparkir sebagai cadangan, nampaknya panjang, mungkin itu yang dipakai. Kembali ke kantor, dapat info lagi bahwa KA 181 akan berangkat "hanya" dengan formasi 4 kereta saja! What the train! Cuma 3 K3 dan 1 KMP3 saja bro! Ini momen langka 1 KA penumpang dengan formasi hanya 4 kereta saja! Formasi yang sama dengan formasi terpendek KA Penataran/Rapih Dhoho dahulu kala, 15an tahun yang lalu ketika Lokomotif BB301 sudah dipenghujung tenaganya. Namun formasi KA 181 Kahuripan ini bukan yang "paling menyedihkan" untuk KA jarak jauh. Tahun 2010, tanggal 1 Agustus, KA Senja Kediri "ekstensi" Tulungagung pernah hanya dengan 2 K2 saja tanpa kereta pembangkit dari Kediri hingga Tulungagung PP. Ketika itu KA Senja Kediri harus terlambat sangat parah, kalau tidak lupa efek banjir yang merendam stasiun Semarang. Karena KA Senja Kediri harus menjalani pemeriksaan setibanya di Kediri, maka KA feeder-nya berangkat menggunakan kereta cadangan yang ada di stasiun Kediri.

KA 181 Kahuripan set cadangan

Menjelang jam keberangkatan KA 181 dari stasiun Kediri, saya kabur dari kantor sesaat hanya dengan mengalungi kamera dalam jaket dan dengan kondisi langit gerimis tipis saya pergi ke
spot hunting terluas di tengah kota Kediri: rusanawa. Benar saja, meski hanya terlambat beberapa menit, begitu saya tiba,  KA 181 membunyikan S35-nya yang terdengar hingga di sinyal muka pihak Susuhan. Dan lewatlah KA 181 Kahuripan hanya dengan 4 kereta saja. Tadinya saya kira KA ini akan tetap berangkat ke Bandung (Kiara Condong) dengan penambahan kereta penumpang di Madiun (saya lupa kalau seluruh kereta penumpang yang fit punya Madiun sudah dipindah ke Blitar), ternyata KA tersebut bertukar dengan KA 182 Kahuripan yang menunggu disana. Awalnya saya tidak percaya info teman saya yang menyebut KA 182 'pol' (berakhir) di Madiun dan ada info KA 182 meneruskan ke Blitar dengan 4 kereta yang digunakan tadi. Setelah pulang kantor, saya berharap bisa mengejar Malabar 92, ternyata KA 92 sudah bersilang dengan KA 41 di stasiun Kediri, sedangkan KA 41 berangkat Kediri 16:15... Hiks, ketilapan... Yaudah deh pulang aja. Sampai di rumah maghrib sebentar dan kabur ke stasiun Tulungagung, di sinyal jalan pihak Sumbergempol. Sebenernya saya sangat malas hunting disitu, meski tempatnya luas namun karena disitu ada warga yang pelihara anjing yang tidak diikat dan suka "panik" kalo ada orang asing mendekati "wilayahnya." Tak berapa lama, KA 182 pun datang, benar saja, posisi loko berhenti tak jauh dari ruang PPKA menandakan rangkaian KA yang pendek! Menjelang isya KA Malabar ternyata baru saja menyelesaikan "tukar rangkaian" estafet dan langsir, sementara KA 182 Kahuripan berjalan santai tak terlalu cepat karena sudah tidak banyak "tanggungan" penumpang lagi hingga ke Blitar. (ew/ri)

No comments:

Post a Comment

Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih