Tuesday 28 November 2017

Banjir Merendam Porong, 16 Jam Jayabaya "Tersesat" Di Jatim!!

Pasca hujan lebat dan hujan dengan durasi lama yang merata hampir diseluruh kota Surabaya dan kabupaten-kabupaten di sekitar kota Surabaya, "penyakit" yang mengikutinya pun muncul: banjir. Bahkan bukan hanya banjir, puting beliung pun sempat terjadi di kawasan industri di dekat Waru, Sidoarjo. Terutama di daerah bencana lumpur Porong, yang hampir tiap tahun terjadi banjir di jalan raya Porong, barat tanggul lumpur. Banjir yang terjadi dapat dipastikan merendam tak hanya jalan raya, namun juga merendam jalan rel. Biasanya banjir yang merendam badan jalan rel bisa setinggi hingga 14cm, batas ketinggian yang pasti tak bisa dilalui oleh kereta api dengan lokomotif tipe Diesel Elektrik, sehingga harus menggunakan lokomotif tipe Diesel Hidrolik untuk mengevakuasi KA antara stasiun Porong dan Tanggulangin. Namun berbeda dengan tahun ini, banjir yang terjadi kali ini sungguh di luar dugaan, meski hampir setiap tahun terjadi banjir, namun ini bahkan 5x jauh lebih parah! Menurut informasi yang saya peroleh pada Selasa malam ini, info terakhir menyebutkan ketinggian air sudah mencapai 98cm dari kepala rel!!



Hari Minggu (26/11/2017) kemarin, saat hari pertama jalur KA terendam total mulai sejak siang hari, upaya penanganan pertama terlambat dilakukan. PT KAI berupaya mendatangkan lokomotif BB30423R dari Jember dan CC30002 dari INKA, Madiun namun terlambat, banyak KA jarak jauh yang terlanjur tiba di stasiun-stasiun yang tidak jauh dari lokasi banjir, seperti Sidoarjo, Tanggulangin, dan Bangil. Kedatangannya pun bersamaan dengan KA-KA lokal sehingga terjadi antrian. Hari semakin sore namun belum ada proses evakuasi KA untuk melewati lokasi banjir. Akhirnya, semua KA jarak jauh diputuskan untuk kembali ke Malang dan dijadwalkan memutar melalui Blitar, Tulungagung, hingga Kertosono. Saya kira penjadwalannya akan cepat, ternyata di luar dugaan, entah bagaimana proses pengalihan rutenya sehingga sangat lama. KA jarak jauh yang berangkat pertama adalah KA Mutiara Selatan dengan nomor PLB 114L-1, KA ini dari Malang berangkat di belakang KA 141 Majapahit. Di Tulungagung, 114L-1 berangkat pukul 21.20. KA jarak jauh selanjutnya adalah KA Bima dengan nomor PLB 46L-1 yang datang di Tulungagung setelah KA 95, pada jam 22.51 dan berangkat jam 22.54. Kebayang kan MutSel dan Bima ini udah telat berapa jam? Dan yang paling tragis adalah Jayabaya. Saya dapat kabar, sekitar pukul 21.05an KA Jayabaya dengan nomor PLB memutar 146L-1 ini baru berangkat dari Malang Kota Baru! Oh my God! Padahal resminya berangkat dari stasiun berkode ML itu pada jam 11.45. Terlambat 9 jam!! Dan lebih tragis lagi, KA Jayabaya tidak meneruskan memutar hingga Solo-Semarang, namun harus kembali ke rute normalnya melalui Surabaya Gubeng!! Di Tulungagung, Jayabaya PLB 146L-1 ini tiba jam 23.34 dan berangkat kembali 23.38. Sudah 12 jam waktu perjalanan dari jadwal keberangkatannya semula!! Eduaann... Belum seberapa, pagi harinya, saya membaca sebuah update informasi dari rekan railfans di daerah, pada jam 06.10, Jayabaya KA 143 baru sampai Bojonegoro! Entah benar atau tidak, akan tetapi lebih dari 18 jam waktu perjalanan yang sudah ditempuh tersebut, KA Jayabaya masih berada di Jawa Timur! Menurut saya ini adalah rekor keterlambatan KA di Indonesia terlama dalam sejarah perkeretaapian Indonesia, yang terjadi pada kereta api penumpang yang tidak dibatalkan perjalanannya!!

Saya tidak menyia-siakan peristiwa langka ini dengan mengabadikannya di PJL utara stasiun Tulungagung, namun karena KA ini lewat sudah malam, maka tak bisa saya mengambil foto, hanya mampu merekamnya dalam video. Silahkan menonton, harap maklum bila gambarnya goyang parah karna tanpa menggunakan tripot. (ew/ri)

5 comments:

  1. Waduh.. Kasihan yang pada punya acara.. Jadi terlambat/g bisa melaksanakan urusannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya. terlalu lama koordinasinya hingga penumpang dikorbankan

      Delete
  2. Wah, sudah tau gitu kok jalur KA yang satunya gak diaktifkan?, malah yang diaktifkan jalur KA tarik-sidoarjo?.

    Lebih enakan yang diaktifkan tuh jalur Mojokerto-Mojosari-Japanan-Bangil. Jaraknya juga cukup jauh dari lumpur lapindo. Jadi kalau lapindo banjir maka bisa meredam terjadinya hambatan tersebut :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya kan juga untuk nanti mengalihkan jalur yang ada, makanya jalur Tulangan diaktifkan lagi. kemudian di stasiun tulangan nanti akan bercabang ke selatan, bertemu dengan eks jalur Mojosari juga dan sambung di eks stasiun Gununggangsir

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih