Tuesday 15 December 2015

Kisah Enjoy Riding Krakatau Ekspress


Jalan-jalan naek kereta api itu sangat menyenangkan! Apalagi kalau jalan-jalan ini semuanya serba "pertama kali", mulai dari rute perjalanannya, layanan kereta apinya, sampai rangkaian kereta api yang dinaiki. Menyenangkan pastinya. Memang hari ini sudah lama direncanakan dengan matang, semua pembiayaannya sudah disusun seefisien mungkin, dan waktunya sudah ditentukan secara tepat serta perlengkapan apa saja semua sudah dipersiapkan dengan baik.
Hari itu, Sabtu, 21 September 2013, saya dan mas Ari Andika Setiawan berangkat joyride KA Krakatau Ekspress. Kereta api yang pertama kali diresmikan sejak musim mudik lebaran 2013 ini, adalah KA yang pertama kali melayani rute dari Jawa Timur hingga ujung barat Provinsi Banten, dari stasiun Madiun tujuan stasiun Merak, stasiun aktif ujung paling barat jalur KA di Pulau Jawa.

Kereta api ini memang sedikit istimewa, selain rute yang pertama kali ada (kalau yang biasanya, penumpang yang ingin melanjutkan ke tujuan Rangkas hingga Merak harus lanjut dengan KA yang lain di Jakarta) untuk layanan KA tanpa ganti kereta, bentuk layanan KA baru dengan nama Krakatau Ekspress, kereta api ini juga menggunakan rangkaian terbaru produksi 2012 dengan jenis K3 ekonomi AC pure produksi PT INKA Madiun (kalau K3 ekonomi yang lama dengan livery biru-kuning itu AC-nya modifikasi dari AC rumahan). Sebelumnya memang pernah ada rangkaian K3 ekonomi AC pure yang buatan INKA, rangkaian tahun 2011 untuk digunakan bentuk layanan KA baru, yaitu KA Bogowonto dan KA Gajah Wong, namun rutenya bukan pertama kali, karena sebelumnya sudah ada layanan KA di rute yang serupa, yaitu KA Progo (rute Lempuyangan-Jakarta yang sama dengan KA Gajah Wong) dan KA Sawunggalih (rute Kutoarjo-Jakarta yang sama dengan KA Bogowonto).

Mantab dah! Sudah rutenya pertama kali, layanan KA-baru, rangkaiannya baru... Ada lagi: dapet tiket dengan tarif sangat murah tapi BUKAN TARIF PROMO. Tiket yang sudah saya booking sejak 2 minggu sebelum berangkat itu dipatok Rp 50.000,- untuk sekali jalan! Murah sekali kan? Ini tarif bikin saya dan mas Dika tambah kaget, pasalnya saat +- 1 minggu menjelang keberangkatan, di situs resmi reservasi PT Kereta Api Indonesia, muncul tarif promo yang sesungguhnya sebesar Rp 75.000,-! Alhamdulillah... Bener-bener sebuah rejeki! Hehehe...

Saya dan mas Ari Andika berangkat dari Surabaya, karena KA-nya awal berangkat dari Madiun jadi kami berangkat ke Madiun naik bus jam 03.00 dari Bungurasih. Itu jadi perjalanan pertama saya naik bus umum AKAP dari Surabaya ke Madiun, dan mungkin bisa jadi yang terakhir kalinya naik bus di rute itu. Gimana tidak terakhir kalinya, nih udah dapet kursi paling depan, belakang sopir, larinya kenceng banget!! Ditambah saat nikung gak ada turunnya itu kecepatan bus!! Naik bus nih ibarat kita gadai nyawa!! Ggrrr... Tiba di Madiun sekitar jam 06.30, langsung kami oper ojek sampai depan stasiun. Masih ada sisa waktu nih, sarapan dulu di warung depan stasiun. Kurang lebih setengah jam kami sarapan, lanjut kami boarding pass. Kami lihat rangkaian Krakatau Ekspress sudah siap, hanya lokonya belum dilangsir. Jadi kami langsung saja ke kamar mandi bergantian, mandi dulu sebelum perjalanan panjang.

Selesai mandi, kami lihat lokonya hendak dilangsir, langsung saja kami dokumentasikan dulu awal perjalanan panjang ini. Tak berapa lama, kami seperti melihat sosok yang tak asing bagi kami, hanya saja kami tak begitu yakin. Dalam batinku, sepertinya orang yang kami lihat itu mas Huda Logawa, mirip sekali! Tapi saya tak mau kecele, jadi saya pura-pura tak kenal saja dulu. Hehehe. CC2017722 dipo induk CN pun dilangsir dengan posisi LongHood. Alamak! Baru kali ini naek KA trip Madiun arah Jakarta dengan lokomotif posisi LongHood, biasanya posisi ShortHood seperti pada umumnya. Tepat 08.40, KA Krakatau Ekspress berangkat. Tak lupa update status dulu, sapa tau ada yang nyantol. Hehe. Setengah jam kemudian, ternyata mas Huda Logawa komen di statusku tadi, dia bilang kalau juga sedang naik Krakatau Ekspress. Langsung saya cek akun fb-nya. Ternyata dia juga ada di K3-1, selisih 3 bangku dari kami. Xixixixi... Tapi komen terakhir saya respon setelah mendekati Yogyakarta.

Sampailah kereta berhenti di jalur 2 stasiun Lempuyangan. Sepertinya kereta akan berhenti agak lama, kulihat di jalur 1 Lempuyangan sedang berhenti loko CC20661. Ternyata loko CC2017722 dilangsir lepas. Awalnya kukira loko KA 7095 Krakatau Ekspress ini akan digantikan dengan CC20661 itu dan CC2017722 balik ke dipo YK, sesaat perasaan ini girang sekali. Tapi tak begitu lama, ternyata si CC2017722 itu berhenti diujung sinyal langsir dekat wesel sepoor salah arah YK. Aahh... ternyata si CC20661 cuma numpang jalan ke Purwokerto! Yaelaah... Gak jadi ngrasain tarikannya si CC206 deh. Ternyata si CC20661 itu baru saja selesai tesrun di Jogja, dan dikirimkan ke PWT sebagai keluarga barunya dipo induk PWT. Akhirnya saya dan mas Ari Andika ketemu juga sama mas Huda Logawa. Ketemu juga dengan beberapa RF lokal di Lempuyangan. Tak lama berangkatlah KA Krakatau dari Lempuyangan. Sepanjang perjalanan, hanya sesekali terdengar klakson dari CC20661. Karena pada saat itu masih hebohnya CC206, jadi rasanya unik saat denger klakson CC206. AC-nya juga disetting cukup sejuk, jadi sepanjang perjalanan rasanya cukup nyaman.  Karena musimnya masih hujan, seringkali langit mendung menyelimuti perjalanan joyride kami, membuat hawa AC semakin sejuk saja. Sekitar jam 16.10 perjalanan KA Krakatau tiba di stasiun Purwokerto.









Ini pertama kalinya saya turun di stasiun Purwokerto. Stasiun yang sangat terkenal karena pernah menjadi salah satu scene setting utama film Kereta Api Terakhir. Film yang diproduksi pada tahun 1981 itu sangat tenar di jagat hobi persepuran Indonesia, mengisahkan tentang aksi heroik Letnan Firman, Letnan Soedadi dan Sersan Toebing ketika diperintahkan untuk mengawal 2 dari 5 rangkaian kereta utama yang mengangkut para pengungsi dari Cirebon, Tegal, dan Purwokerto menuju daerah Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta akibat dari adanya Agresi Militer Belanda II karena Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati yang telah disepakati antara Belanda dan Indonesia yang baru saja merdeka. Film Kereta Api Terakhir banyak mengambil latar belakang adegan di stasiun Purwokerto karena dikisahkan Purwokerto menjadi basis utama arus para pengungsi yang terbesar. Film ini juga terbaur kisah asmara Letnan Firman yang jatuh cinta dengan gadis yang bernama Retno, yang belakangan diketahui memiliki saudara kembar dengan nama depan yang sama. Itu film sudah berpuluh tahun yang lalu, sebagian besar pemeran utamanya sudah almarhum, bahkan aktris utamanya yang paling muda saat syuting itupun juga sudah almarhum. Kini rupa stasiun Purwokerto hanya kanopinya saja yang masih sama pada sebagian besar konstruksinya.









Kembali ke topik awal. CC20661 dilepas di stasiun Purwokerto, sedangkan CC2017722 kembali memimpin tugas KA 7095 menuju Cirebon. Sekitar jam 18.30, perjalananku dan mas Ari Andika tiba di stasiun Cirebon. Disana KA berhenti cukup lama, karena harus langsir lagi untuk berganti lokomotif dengan CC201103, karena jumlah HSD (bahan bakar sejenis solar untuk lokomotif) dianggap sudah tak cukup untuk meneruskan perjalanan CN-MER dan pagi harinya dari MER hingga si CN lagi. CC201103 juga tersambung dengan posisi Longhood, loko ini memimpin KA 7095/7098 hingga stasiun Merak. Ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan malam hari ke Jakarta dan sekitarnya. Kesannya menarik sekali, sangat tidak biasa dan menyenangkan. Meskipun sebelumnya saya pernah melakukan perjalanan malam ke Jakarta, namun waktu malamnya hanya sampai sekitar stasiun Cikampek, selebihnya waktu pagi. Selama perjalanan dari Cirebon saya sering mengintip keluar jendela, menikmati perjalanan malam menuju pusat daop 1 Jakarta.





Tak lama kereta telah tiba di Bekasi, stasiun yang saat terakhir itu masih menjadi ujung timur jalur KRL. Terlihat cukup lengang, dengan beberapa orang penumpang yang menanti kereta terakhir dari Jakarta. Hanya beberapa menit saja kami tiba di tengah kota Jakarta, stasiun Jatinegara, Pasarsenen, kemudian melintas saja langsung di jalur "simpang lima" Kampung Bandan, tidak singgah di Stasiun Jakarta Kota. Ini pertama kalinya juga saya melintas langsung stasiun Jakarta Gudang, stasiun yang terkenal dengan banyaknya gerbong barang yang dimilikinya dengan kode JAKG. Karena banyak juga KA barang jarak jauh yang memiliki rute kesana, seperti angkutan kontener dengan gerbong PPCW dan barang hantaran dengan gerbong B (gerbong yang mirip kereta penumpang). KA Krakatau berjalan perlahan-lahan, mungkin sekitar 30-50 kmh saja, karena banyaknya pemukiman warga yang mepet dengan rel, banyak juga aktivitas warga di malam hari sehingga KA harus lebih mengutamakan keselamatan bersama. Selain itu sepertinya rel juga agak bergelombang, terasa dari goyangan kereta yg cukup keras. Mungkin waktunya pemeliharaan.

Naik KA Krakatau ini membawaku dalam perjalanan yang serba pertama kali. Semua stasiun di lintas antara KampungBandan hingga Merak belum pernah saya lewati sebelumnya, termasuk salah satu petak yang sangat fenomenal dengan peristiwa yang dikenal dengan nama Tragedi Bintaro yang pernah terjadi pada tanggal 19 september 1987 antara stasiun Sudimara dan Kebayoran Lama. Selama perjalanan yang mengesankan itu saya jarang tidur, bahkan hampir tidak tidur sama sekali. Ingin menikmati perjalanan yang sangat panjang itu. Hingga akhirnya sekitar jam 02.00 kereta tiba di Stasiun Merak, tepat di samping pelabuhan Merak, kami singgah sebentar di atas jembatan penyeberangan orang pelabuhan hingga akhirnya kami putuskan beristirahat sebentar di ruang tunggu yang ada di dekat pelabuhan. Di ruang tunggu itu terdapat 2 mini market, kami mampir sejenak untuk beli beberapa makanan dan minuman. Ada pula beberapa bangku untuk pengunjung namun ada 1 set bangku yg kosong, kami pakai saja untuk tidur sejam-3 jam disitu.

Hanya sejenak kami beristirahat, kami upayakan untuk segera tidur karena jam 08.00 kami berangkat kembali dengan Krakatau Ekspress menuju Madiun. Saat pagi mulai beranjak terang, kami pergi ke toilet sebentar, lalu kami berpindah ke atas jembatan penyeberangan, melihat-lihat kapal ferri yang lalu lalang silih berganti di area pelabuhan paling ujung barat pulau Jawa ini. Agak ndeso sedikit kan gak apa-apa, jarang-jarang bisa maen ke ujung pulau Jawa. hehe.. Tak lama jam setengah tujuh kami menuju ke stasiun, mencari petugas stasiun untuk boarding pass, namun petugasnya masih belum ada, akhirnya kami menuju area dekat papan stasiun sembari menunggu sambil foto-foto di sekitar emplasemen stasiun, para kru reska juga sedang mempersiapkan perlengkapan di kereta makan. Jam menunjukkan 07.00an, kereta berangkat jam 08.40, kami berkeliling di emplasemen stasiun. Saya tertarik dengan stasiun Merak ini, stasiun ini punya memiliki 4 jalur KA dengan 1 sinyal berangkat yang berada di jalur 1 yang berada di sisi pelabuhan. Stasiun Merak memiliki pintu masuk/keluar hanya 1 dan langsung naik ke jembatan penyeberangan menuju kapal penyeberangan di pelabuhan. Letak bangunan stasiun berada di tengah antara jalur 2 dan jalur 3. Di ujung jalur 4 yang sudah hampir tertutupi rerumputan terdapat 1 gerbong ZZOW, dan terdapat 1 unit rel derailer untuk mengamankan rangkaian di jalur 3 dan jalur 4. Di sebelah utara stasiun terdapat area bongkar muat barang yang tembus dari jalur 3. Jam menunjukkan setengah delapan, biasanya 1 jam sebelum berangkat lokomotif sudah dinyalakan untuk pemanasan, namun hingga kami sudah mem-boarding pass-kan karcis dan hampir jam 07.50 lokomotif masih belum juga hidup. Akhirnya sekitar jam 08.00 lokomotif dinyalakan dan tak berapa lama lokomotif langsung bergerak langsir. Kami beruntung dapat karcis di kereta paling depan (K3-1) yang saat itu masih belum kena "budaya" aling-aling. Hingga akhirnya jam 08.40 kereta berangkat dari stasiun Merak.































18 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. perjalanan yg sangat menyenangkan, kapan sy bisa naik kereta lagi ya?

    ReplyDelete
  4. @Widianto"?",
    Foto no 52 dari 56 itu diambil di mana? Sepertinya foto ini diambil tidak lama setelah KA Krakatau meninggalkan Sta Purwokerto (Banyumas). Jangan2 foto perbukitan no 52 adalah "punggung" dari Gunung Slamet yang cenderung melebar di bagian Barat?

    ReplyDelete
    Replies
    1. maksudnya foto ke-5 dari yg akhir ya? itu difoto sesaat setelah melewati stasiun Bumiayu

      Delete
    2. maaf...sebelum memasuki stasiun Bumiayu

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
  5. Seru banget perjalanannya bikin ngiler

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena rute yang dilalui KA Krakatau dari Blitar ke Merak via Jogja dan Jakarta memang tidak lazim dan perjalanannya di siang hari jadi bisa menikmati pemandangan di perjalanan KA.
      Intinya, tidak membosankan. 😉

      Delete
  6. Waktu KA Krakatau yang kalian tumpangi sampai di Sta Merak, apa begitu KA nya berhenti total Mesin Diesel Lokomotif nya langsung dimatikan begitu saja tanpa pindah posisi ledih dahulu? Dulu, saya pernah naik KRD ke Kertosono untuk sekedar jalan2 dan jajan makanan. Begitu KRD nya sampai Sta Kertosono, Lokomotif nya (Tipe CC 201) segera pindah posisi ke arah timur ke arah Kota Surabaya lalu mesinnya dimatikan begitu saja. Ngomong2, sebenarnya berapa Kilometer jarak tempuh yang harus ditempuh KA Krakatau untuk melayani rute Merak - Purwokerto - Madiun - Kediri - Blitar PP? Memang di Wikipedia tertulis jarak tempuh KA Krakatau itu sekitar 945 Km an tapi akurasinya masih diragukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, dulu waktu kami joyride, loko langsung dilepas tapi diputar, cuma berhenti di spoor badug trus dimatikan, karna jalur 2 ditempati KA Rangkas. sbg info, stasiun merak ini semi stasiun pulau, karna jalur 1-2 dengan jalur 3 terpisah.

      Delete
    2. Apa sampai sekarang Lokomotif penarik KA Krakatau selalu diganti di Sta Cirebon Kejaksan? Apa Solarnya tidak cukup untuk menjalankan KA nya dari Blitar ke Merak atau sebaliknya? Tampaknya di Stasiun Merak tidak ada tempat untuk mengisi BBM untuk Lokomotif dan Gensetnya. Saya pikir kalau di Stasiun Merak ada tempat pengisian BBM, persediaan makanan - minuman dan Air untuk Toilet, mungkin tidak perlu ada pertukaran Lokomotif di Sta Kejaksan. Kalau untuk urusan Kru KA (Masinis, Kondektur, Polsuska dan Teknisi cadangan) sih bisa ditukar kapan saja dimana saja sampai masa kerja mereka selesai. Pergantian Masinis, Kondektur dan Polsuska setiap 4 Jam / sekitar 200 Km per hari supaya mereka tidak capek. Masih ada banyak hal yang saya ingin tahu tentang Perkeretaapian di Indonesia sejak PT KAI dipimpin oleh Pak Ignasius Jonan dan Pak Edi Sukmoro. 😃

      Delete
    3. mungkin sekalian isi air toilet.. dari JNG yg paling dekat ya CN

      Delete
  7. Saya mau tanya jika naik kreta krakatau ekspress dari jogja ke merak biar maju pilih kursi nomor genap atau ganjil? Trimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah saya jg kurang tau mbak, udah lama sekali. bisa berubah2 ubah mbak.. biasanya penumpang nego sama penumpang yg lain buat tukar tempat duduk, beruntung kalau mau tukar tempat.

      Delete
  8. Sayang ya, sekarang KA sudah almarhum.. 😥

    Oh ya ini salah satu trip report saya dengan KA krakatau:

    https://zaeabjal.blogspot.com/2019/10/balada-saya-dengan-ka-krakatau-tr-zadoel.html

    Atau yg ini:

    https://zaeabjal.blogspot.com/2019/10/the-last-edition-with-krakatau-train-tr.html

    ReplyDelete
  9. Oh ya lupa, salam kenal ya gan. Sya RF dari Daops 1.. 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga, saya dari pesisir selatan daop 7

      Delete

Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih