CC20245 ketika akan dikirimkan dari pabrik General Motor di Kanada ke pelabuhan untuk dikapalkan ke Indonesia |
CC202 merupakan generasi lokomotif 2 tak terberat yang dimiliki oleh PT KAI setelah CC200. Sekilas dari kejauhan lokomotif ini mirip dengan lokomotif dengan CC201, namun di lokomotif ini terdapat bagian atap mirip topi di shorthoodnya dan bodi yang lebih panjang. Lokomotif ini dipesan oleh PJKA dari pabriknya General Motor Kanada khusus untuk dinasan angkutan batubara. Hingga tahun 2008, PT KAI memiliki CC202 sebanyak 48 unit yang keseluruhannya adalah dipo induk Tanjung Karang (TNK).
Loko CC202 ini satu-satunya generasi lokomotif yang hanya diperbolehkan berjalan di lintasan jalan rel Sumatera Selatan, karena disana kekuatan tekanan gandarnya telah mencapai 18 ton, setara dengan beban satu gandar roda CC202 yang mencapai 18 ton. Tujuan dari beban gandar 18 ton dan panjang lokomotif lebih dari rata-rata di kelasnya, adalah untuk menunjang jumlah gerbong KKBW batubara yang mencapai 45 gerbong lebih dalam 1 rangkaian KA. Kekuatan tarikan 1 unit CC202 itu sendiri sebenarnya mampu menarik hingga 40 gerbong, namun untuk efisiensi operasional lokomotif, setiap hari KA yang dikenal dengan nama Babaranjang ditarik oleh 2 lokomotif CC202 secara Multiple Unit (2 loko 1 kendali) dan posisi lokomotif saling membelakangi agar tidak perlu memutar lokomotif. Selain di divre 3 tidak memiliki turntable yang sesuai untuk CC202 (bahkan untuk lokomotif lain juga), juga CC202 hanya memiliki 1 meja kendali yang mengarah ke shorthood.
Di divre 3 memang ramai sekali lalulintas KA Babaranjang perharinya, baik isi maupun kosong. Sekali tarik panjang rangkaian mencapai 48 gerbong atau sekitar 1 kilometer. Tidak heran emplasemen stasiun disana memiliki spoor belok yang panjang-panjang. Setelah kehadiran CC204 di divre 3, CC202 tidak lagi mendominasi dinasan Babaranjang. Namun itu tidaklah lama, karena beberapa minggu CC204 berdinas Babaranjang dengan porsi rangkaian yang sama, suatu hari CC204 double traction mengalami derunning ketika akan berjalan lagi setelah mengalami tahanan sinyal masuk, sialnya posisi berhenti saat itu berada di kemiringan (tanjakan) sehingga tidak mampu untuk berjalan kembali. Babaranjang CC204 yang naas itu mampu melanjutkan perjalanan kembali setelah dilokpen oleh DT CC202 Babaranjang kosongan didepannya. Sekarang pun lok CC204 disana masih berdinas batubara, namun bukan lagi Babaranjang dan jumlah rangkaiannya lebih sedikit dari Babaranjang.
Spesifikasi teknis CC202
Identitas Produksi
Kode model loko___: -Dimensi
Desain angkutan___: freight (barang batubara)
Lebar sepur_______: 1067 mmMesin dan converter
Panjang bodi______: 17678 mm
Jarak coupler_____: 18942 mm
Lebar bodi_______: - mm
Tinggi bodi_______: 3683 mm
Jarak gandar______: 3632 mm
Jarak pivot_______: 11404 mm
Diameter roda traksi: 1016 mm
Diameter roda idle__: - mm
Tinggi coupler_____: 759 mm
Berat kosong______: - ton
Berat siap________: 108 ton
Berat Adhesi______: 108 ton
Tipe mesin________: GM 645 E, 16Kemampuan
Jenis____________: 2 tak
Daya output_______: 2250
Daya ke converter__: 2000 hp
Jumlah traksi motor_: 6
Tipe traksi motor___: D-29, AC
Rasio roda gigi_____: 63:14
Tipe converter_____: AR 6 QAD-D14, AC
Kecepatan maksimum: 80 kmhKapasitas
Adhesi maksimum___:22680 Kgf
Kecepatan kontinu__: 14 kmh
Radius terkecil_____: 80 m
Bahan bakar______: 3800 lt, HSDSistem rem
Pelumas mesin____: 920 lt
Radiator_________: 832 lt
Pasir____________: 340 lt
Tipe sistem rem___: udara tekan, dinamik, parkir
Tipe kompresor___: WBO, Gardner Denver
Referensi: "LOKOMOTIF DAN KERETA REL DIESEL DI INDONESIA edisi 2 (Ir. Hartono AS, MM)"
No comments:
Post a Comment
Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih