Thursday, 17 September 2015

Stasiun Prambon Masa Kini


Kalau ngomongin jalur mati, tentu kita penasaran juga tentang KA apa saja yang dulu melintas disana, jalur tersebut kapan dibangun, sejak kapan jalur tersebut dinonaktifkn, dan stasiun apa saja yang menjadi "prasasti" bahwa jalur tersebut pernah aktif beroperasi. Tapi ketika jalur mati tersebut kembali diaktifkan, apakah stasiun kereta yang menyertai juga ikut direvitalisasi? Keputusan mengoperasikan kembali stasiun yang non aktif harus melewati serangkaian penelusuran atau survey tentang potensi apakah yang ada di sekitar stasiun tersebut, entah itu potensi angkutan penumpang atau angkutan barang. Di Jawa Timur sendiri banyak sekali ruas jalur kereta api yang mati suri, sebagian besar mati diakibatkan oleh ketidakberdayaan kereta api menghadapi persaingan transportasi melawan angkutan jalan raya yang semakin meningkat jumlahnya, sehingga peminat kereta api menjadi semakin berkurang. Itu terjadi pada masa antara tahun 1970an hingga 1990an dengan rute yang terakhir kali ditutup adalah jalur Babat-Tuban pada tahun 1990.


Sebenarnya, jalur Kandangan-Indro (Gresik) juga termasuk jalur mati, jalur tersebut sempat beroperasi untuk angkutan semen dan pupuk namun hanya beberapa bulan saja, dan kini kembali tidak broperasi meski kondisi jalur masuk lengkap. Hanya 1 jalur mati yang berhasil dihidupkan kembali, ini pun juga karena desakan kondisi jalur aktif yang masih ada yang terkena dampak bencana lumpur lapindo yang semakin kritis. Jalur mati itu adalah ruas Sidoarjo-Tarik-Mojokerto. Kita pasti sudah tidak asing dengan rute ini, karena ada sebuah KA yang menjadi satu-satunya rute kereta api yang melintas secara reguler 8 kali trip bernama Jenggala. Di rute KA Jenggala antara Sidoarjo dengan Tarik, stasiun yang dulu pernah mati ada sebanyak 2 stasiun, yaitu Tulangan dan Prambon, Namun stasiun yang diaktifkan kembali hanyalah Tulangan, kenapa stasiun Prambon tidak diaktifkan juga?

Stasiun Prambon
Tanggal 22 Agustus 2015 kemarin saya berkesempatan mengunjungi stasiun Prambon bersama beberapa teman saya, sudah sejak lama saya ingin mengunjungi stasiun yang luput dari rencana revitalisasi jalur Sidoarjo-Tarik. Saat tiba disana, saya merasa takjub karena bangunan stasiun dan unit lain yang menyertainya masih utuh. Bangunan utama stasiun menjadi tempat tinggal warga, ad gudang stasiun yang ada di sbelah timurnya juga sepertinya dijadikan tempat tinggal oleh warga setempat, ada juga eks rumah dinas yang sama juga menjadi tempat tinggal warga.

Track End (spoor badug) Dan Gudang
Satu benda yang cukup menarik adalah bekas spoor badug lengkap dengan sisa rel di antara gudang dan stasiun, Sisa spoor badug itu menunjukkan dulu ada potensi angkutan barang di daerah Prambon. Untuk menjawab rasa penasaran kenapa stasiun ini tidak ikut diaktifkan kembali, saya mengamati lingkungan di sekitar stasiun Prambon. Bekas stasiun yang berada persis di sebelah pabrik beton ini dulunya memiliki 2 jalur, bila diperhatikan seksama berdasarkan jalur yang sekarang aktif, jalur 1 atau jalur utamanya yang sisi stasiun, dan jalur 2 nya berada di sisi pabrik. Jalur badug yang ada di stasiun ini dahulu membentang dari gudang hingga melintasi jalan raya dan menyatu dengan jalur utama setelah PJL.

Toilet dan Sumur
Stasiun Prambon memiliki fasilitas toilet di sebelah barat stasiun dengan 2 bilik. Toilet itu sepertinya hingga sekarang masih dipergunakan oleh warga yang mendiami stasiun Prambon. Selain itu ada sebuah bekas sumur di sebelah bekas jalur 2, sumur tersebut telah tertutup rerimbunan semak-semak dan sepertinya air sudah kering.

Lingkungan
Situasi di sekitar eks stasiun Prambon cenderung sepi meski berada di jalan utama Krian-Mojosari. Berbeda dengan stasiun Tulangan yang masih sedikit lebih ramai karena dekat dengan PG Tulangan dan pasar Tulangan. Mungkin ini salah satu alasan kenapa stasiun tersebut tidak direvitalisasi, karena kemungkinan potensi penumpang sangat kecil. Jangankan penumpang, potensi angkutan barang mungkin juga tidak ada.

Jalur utama stasiun
Di sebelah jalur utama, ada sebuah lahan yang cukup untuk membuat jalur lagi, bersamaan dengan reaktivasi dulu sekaligus sudah dibangun penahan railbaan dari beton, bisa jadi stasiun kedepannya akan dibuat doubletrack hingga stasiun Tarik. Stasiun Tulangan sendiri sudah dipersiapkan untuk menjadi stasiun doubletrack, tidak hanya railbaan petak Sidoarjo-Tulangan saja yang sudah dipersiapkan untuk doubletrack dengan ditandai adanya desain jembatan beton yang memuat dua jalur KA, apalagi sistem persinyalan stasiun Tulangan sudah seperti jalur doubletrack, yaitu tidak terdapatnya sinyal keluar atau siinyal berangkat untuk jalur 3 di sebelah timur dan jalur 2 di sebelah barat.









No comments:

Post a Comment

Ada pertanyaan, keluhan, sanggahan, kritik, atau pesan-pesan lainnya, tinggalkan komentar Anda dibawah ini. Terima kasih