|
Denah jalur mati Tulungagung-Trenggalek tahun 1930 |
Jaman kolonialisme di Indonesia, Belanda banyak sekali membangun jaringan rel kereta api di Pulau Jawa, Madura, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Tercatat dalam sejarah pembangunan jalur rel pada masa Netherland-Indische, hingga tahun 1939 yang diperkirakan menjadi tahun terakhir Belanda membangun jalur rel, total panjang keseluruhan jalan rel di Indonesia mencapai 6811 Km. Pembangunannya dilaksanakan oleh beberapa perusahaan pemerintah dan swasta Belanda, seperti Staat Spoorwegen dan Netherland Indische Spoorwegemaatschappij yang merupakan perusahaan KA pemerintah kolonial, juga seperti Oost Java Spoorwegemaatschappij, Soerabaja Stoomtram Maatschappij, dan masih banyak lagi sebagai perusahaan swasta.
Banyak jaringan jalur rel KA yang dibangun pada saat itu, baik jalur trem, jalur KA utama, maupun jalur KA percabangan (jalur simpang). Namun dari tahun ke tahun, jalur-jalur KA tidak semakin bertambah, malah semakin berkurang panjangnya. Jalur-jalur yang mati, banyak diantaranya karena kurangnya okupansi angkutan, kalah persaingan dengan moda angkutan lain, atau sebab lain. Jalur KA yang mati, ada yang mati setelah Indonesia merdeka, bahkan sebelum Indonesia merdeka, atau masih dijajah juga ada yang terpaksa dimatikan. Banyak jalur rel yang mati atau dinonaktifkan untuk sementara, bahkan ada yang dibongkar paksa oleh Jepang yang menjajah pada tahun 1942-1945, untuk diangkut dan dibangun kembali di Burma. Salah satu lintas jalur KA yang terpaksa dimatikan sebelum Indonesia merdeka adalah jalur mati Tulungagung-Trenggalek-Tugu.
Di lintas dulunya terdapat beberapa stasiun: (
1 ST Tulungagung Ta 0.000
- Jepun Jpn 1.143
- Beji Bej 2.747
- Boyolangu Byl 6.535
- Pojok Pjk 8.913
- Pelem Pel 11.317
2 ST Campurdarat Cpt 13.670 (SDN 2 Campurdarat)
- Duwet Dwt 16.840
- Sokoanyar Skr 19.320
3 ST Bandung Bnd 20.620
- Bandungpasar Bndp 21.285
- Bulus Bls 24.191
- Kedunglurah Kdl 27.780
- Bendo Bdo 31.212
- Ngetal Ntl 33.415
- Siwalan Swn 36.820
4 ST Trenggalek Trg 38.762
- Kedungsangkal Kgs 40.990
- Nglongsor Ngs 43.720
- Winong Wng 46.769
5 ST Tugu Tgu 48.375
Dalam posting ini, saya akan membahas denah penelusuran jalur Tulungagung-Trenggalek-Tugu, sebelum saya melakukan penelusuran ke lapangan untuk mengetahui jalur KA di kota sendiri yang selama ini belum terlaksana. Bagi teman-teman railfans yang ingin menelusuri jalur ini, semoga posting saya menjadi referensi yang bermanfaat.
NB:
- Selalu perhatikan garis putih putus-putus sebagai penanda bekas jalur KA
- Artikel ini sedang dalam pengembangan, karena saya sendiri belum menelusuri ke lokasi
|
Gbr 1, awal bekas percabangan dari stasiun
Tulungagung |
Lintas Tulungagung-Trenggalek merupakan jalur cabang yang dibuka dalam 2 tahap pembangunan, yaitu 15 Juli 1921 (Tulungagung-Boyolangu-Campurdarat) sepanjang 14 Km, dan 1 Juli 1922 (Campurdarat-Bandung-Kedunglurah-Ngetal-Trenggalek-Tugu) sepanjang 25 Km. Pada (Gbr 1), awal percabangannya dari jalur 1 stasiun TA yang berlokasi di koordinat 8°3'47.0034''S 111°54'16.7166''E. Menurut keterangan yang diyakini hingga sekarang, jalur 1 yang dulu kini telah menjadi peron tunggu, dan jalur 2-nya telah menjadi jalur 1 yang sekarang. Dari jalur 1 tersebut ke arah selatan, bekas-bekas yang masih terlihat dengan jelas adalah jembatan kecil yang masih utuh dan menjadi jalan kampung, 150 m selatan stasiun, railbed yang telah menjadi jalan kampung hingga ke pertokoan Plasa Nirwana, dan sepasang rel yang lumayan masih terlihat di ujung gang yang terletak di dekat plasa nirwana, di titik koordinat 8°4'24.0312''S 111°54'19.1315''E. Dahulu sebelum mengerti tentang jalur ini, sempat ada pemahaman bahwa dahulu kompleks Plasa Nirwana yang bagian belakangnya sudah menjadi hotel, merupakan dipo kereta dari stasiun besar Tulungagung pada masa itu.
|
Gbr 2, denah eks jalur Tulungagung-Trenggalek dekat lokasi
pasar burung Beji dan dekat SMAN 1 Boyolangu |
Setelah melewati kompleks pertokoan Plasa Nirwana, bekas jalur TA-TLK ini menyatu dengan jalan raya yang sekarang. Letaknya di tikungan jalan raya dekat pasar burung Beji pada koordinat 8°4'50.9527''S 111°54'10.9433''E, sedangkan relnya tetap lurus. Dari situ lah bekas jalur relnya terus berada disamping jalan raya hingga sekitar 500 m sebelum pasar tradisional Beji.
|
Gbr 3, denah melewati dusun Talapan |
|
Gbr 4, denah bekas jalur melewati sungai di Boyolangu |
Sampai di sebuah sungai yang lumayan besar, kita akan menemui sebuah dam gerak di sebelah jembatan jalan raya Boyolangu (Gbr 4) di koordinat 8°6'37.2568''S 111°53'43.4432''E, dimana dam tersebut menggunakan pondasi bekas jembatan KA. Dan rel yang ada, diperkirakan menggunakan rel bekas jalur tersebut, atau mungkin menggunakan rel lori tebu yang memang juga ada disana, berdampingan dengan jalur KA.
|
Gbr 5, denah jalur sekitar Pasar Boyolangu |
Mendekati pasar Boyolangu (Gbr 5), bekas jalur rel bergeser agak ke tepi (merapat ke tengah pasar), diperkirakan letak bekas stasiun Boyolongu terletak di sekitar polsek Boyolangu yang terletak di 100 m selatan pasar. Koordinat lokasinya 8°7'11.5172''S 111°53'39.1171''E. Bahkan bisa jadi letak bekas stasiun Boyolangu dulu terletak di sekitar pasar itu sendiri. Mulai dari sana, bila kita mengadakan penelusuran, kita harus jeli melihat tanda-tandanya, atau kalo perlu kita tanyakan ke warga sekitar, tentu orang yang ditanyai sudah sangat tua dan tentu sudah sangat sulit menemui orang yang tepat karena jalur Tulungagung-Trenggalek sudah mati sejak lebih dari 75 tahun yang lalu.
|
Gbr 6, denah sekitar lapangan Pojok |
|
Gbr 7, denah bekas jalur dekat area sawah bekas bakal lanud
ketika masa pemerintahan Soeharto |
|
Gbr 8, denah bekas jalur sekitar pasar Campurdarat |
Mendekati pasar Campurdarat (Gbr 8), kita juga bisa menemukan bekas stasiun Campurdarat disana. Menurut referensi yang saya peroleh dari sebuah website forum railfans, letak bekas stasiunnya terletak di SDN 2 Campurdarat yang sekarang. Bahkan saya pernah melihat gambar sebuah menara air stasiun Campurdarat yang masih berdiri hingga kini. Dari area Campurdarat, bekas jalur rel masih berada di samping jalan raya, namun agak menjauh 40 m ke selatan. Untuk menjangkau dan menelusuri jalan kecil yang diduga bekas railbed jalur KA, dari arah Boyolangu, setelah puskesmas Campurdarat ada jalan masuk ke kiri, sekitar 30 m dari situ merupakan titik 8°9'44.748''S 111°51'33.0559''E yang diduga bekas railbed jalur KA. Kembali ke jalan raya, sebelah barat pasa Campurdarat kita akan menemui jembatan sungai yang agak besar, disampingnya terdapa jalan setapak menuju titik 8°10'0.2705''S 111°50'55.5522''E. Disana mungkin kita bisa menemukan petunjuk. Kembali ke jalan raya, ke arah barat hingga masuk wilayah Bandung (bukan Bandung Jawa Barat loh..).
|
Gbr 9, denah bekas jalur petak Campurdarat-Bandung |
|
Gbr 10, denah bekas jalur petak Campurdarat-Bandung |
|
Gbr 11, denah bekas jalur petak Campurdarat-Bandung |
|
Gbr 12, denah bekas jalur sekitar pasar Bandung |
Sekitar 1 Km sebelum pasar Bandung, rel menikung ke utara, memotong jalan raya ke arah Durenan di titik 8°10'13.7662''S 111°47'38.9569''E, +- 300 m sebelah barat SDN 1 Sambitan. Di lokasi itu kita mungkin kita tidak banyak menemukan petunjuk. Namun ada lokasi pertigaan di titik koordinat 8°10'9.0257''S 111°47'14.006''E yang dapat kita jangkau melalui pertigaan kedua ke kanan yang terhitung dari SDN 1 Sambitan. Disana ada jalan kecil yang diduga bekas railbed KA, menuju ke arah utara. melalui jalan tersebut kita juga bisa menuju jalan Bandung-Durenan. Kalau dari pasar Bandung, belok ke utara di perempatan tepat di baratnya pasar (Gbr 12). Jika mengendarai kendaraan bermotor, berjalanlah pelan saja, sebab sekitar 750 m dari perempatan pasar Bandung bekas jalur relnya memotong jalan di titik 8°9'48.4949''S 111°47'6.7448''E, namun kita tidak bisa banyak berharap dilokasi tersebut.
|
Gbr 13, denah bekas jalur petak Bandung-Durenan |
|
Gbr 14, denah bekas jalur petak Bandung-Durenan |
|
Gbr 15, denah bekas jalur petak Bandung-Durenan |
Pada Gbr 15, ada lokasi yang menarik untuk ditelusuri, yaitu SDN 2 Ngadisuko yang berlokasi di titik 8°8'8.8195''S 111°46'51.411''E, karena di lokasi tersebut merupakan area sekolah yang bertempat di bekas railbed jalur KA (menurut wikimapia.com), mungkin saja kita bisa menemukan petunjuk di sana. Ada juga jalan menuju ke areal persawahan, letaknya tidak jauh dari SDN 2 Ngadisuko, berada di titik 8°8'6.2578''S 111°46'54.8098''E, kita bisa masuk ke jalan arah ke utara yang ada pada titik koordinat tersebut, sejauh 450 m. Mungkin kita bisa menemukan petunjuk disana. Setelah menjangkau lokasi tersebut, kita kembali ke jalan Bandung-Durenan.
|
Gbr 16, denah bekas jalur sekitar Durenan |
Dari jalan Bandung-Durenan terus ke utara kita akan sampai di jalan raya Trenggalek-Tulungagung kemudian kita belok kiri. Sejauh 1 Km dari pertigaan arah dari jalan Bandung-Durenan tadi, terdapat area persawahan luas di kiri (selatan) jalan. Jika kita kesana saat musim padi, bahkan lebih beruntung bila padinya belum tinggi, mungkin kita bisa melihat bekas railbednya yang tampak memotong diagonal areal persawahan tersebut. Dari situ bekas jalur KA menikung ke barat sejajar dengan jalan. Mungkin kita bisa menelusuri sebuah lapangan, tidak jauh dari persawahan tadi. Lapangan tersebut berada di titik 8°6'49.6325''S 111°46'28.9319''E, setelah perempatan kecil Kedunglurah.
|
Gbr 17, denah bekas jalur sekitar SDN 5 Bendorejo |
Bergerak lebih ke barat, kita akan menjumpai SPBU Bendorejo di kiri jalan. Sebelah barat SPBU ada area persawahan, kemungkinan kita bisa menjumpai petunjuk di sekitar sana. (Gbr 17) Setelah persawahan ada SDN 5 Bendorejo. Agak ke barat kita akan menjumpai jembatan besar, di titik 8°6'0.3056''S 111°45'21.7652''E. Mungkin disana kita tidak menjumpai petunjuk disana.
|
Gbr 18, denah bekas jalur sekitar pasar Bendo |
Sekitar 500 m dari jembatan tadi, kita akan sampai di pasar Bendo (Gbr 18). Mungkin tidak banyak petunjuk disana, tapi tak apalah kita telusuri sejenak, barangkali kita menemukan bekas stasiun disana. Namun jangan tergesa-gesa meninggalkan area pasar Bendo, karena tidak jauh dari perempatan pasar Bendo, ke arah barat kita akan menemukan lagi jembatan yang menurut keterangan di wikimapia.org adalah bekas jembatan KA Bendo, jembatan tersebut berada di titik 8°5'42.5245''S 111°44'42.5234''E, berada di sebelah kiri jembatan jalan raya.
|
Gbr 19, denah bekas jalur sekitar SMKN 1 Pogalan
Trenggalek |
Di desa Ngetal, bekas jalur KA memotong jalan lagi ke utara jalan, tepat di tikungan jalan dekat SDN 1 Ngetal/SMKN 1 Pogalan. Sekitar 400 m setelah SMKN 1 Pogalan, rel berbelok ke arah barat laut, tepat di sebelah pertigaan besar Ngetal (pertigaannya arah ke selatan, Gbr 19). Namun kita bisa menelusuri melalui pertigaan ke utara setelah pertigaan Ngetal tadi. Pertigaan belok kanan, kemudian pertigaan lagi belok kiri. Kita bisa menelusuri jejak-jejaknya yang mengarah serong dari jalan setempat, di titik koordinat 8°5'26.5405''S 111°43'31.7258''E
|
Gbr 20, denah bekas jalur barat laut SMKN 1 Pogalan
Trenggalek |
|
Gbr 21, denah bekas jalur dekat kota Trenggalek |
Mendekati pusat kota Trenggalek, lokasi railbed bekas jalur KA akan semakin mudah untuk kita telusuri. Berdasarkan map wikimapia.org, terdapat keterangan yang menyebutkan ada bekas pondasi jembatan KA di titik koordinat 8°3'41.8756''S 111°42'57.7757''E (Gbr 21) dan ada keterangan lagi di titik 8°3'23.7103''S 111°42'24.3659''E, juga tidak jauh dari sana ada sungai di 8°3'26.1961''S 111°42'8.3369''E (Gbr 22)yang tepat diatas jembatan. Sayangnya bukan jembatan KA, dari pencitraan GoogleMaps, di titik tersebut adalah jembatan jalan yang tidak searah dengan bekas jalan rel, dekat dengan RSUD kota Trenggalek.
|
Gbr 22, denah bekas jalur dekat RSUD Trenggalek |
|
Gbr 23, denah bekas jalur dekat SMAN 1 Karangan
dan Kodim Karangan Trenggalek |
Lanjut ke arah Tugu, bekas jalan rel berada di selatan jalan raya Trenggalek-Ponorogo. Tapi tidak begitu jauh bekas jalurnya memotong jalan raya, (Gbr 23) menurut wikimapia.org jalur tersebut memotong jalan di titik 8°3'20.8426''S 111°41'26.3144''E, berdekatan dengan markas Kodim Trenggalek, juga tidak jauh dengan SMAN 1 Karangan Trenggalek. Namun sepertinya tidak ada bekasnya lagi di lokasi, bila kita melihatnya langsung kesana.
|
Gbr 24, denah bekas rel Trenggalek-Tugu |
|
Gbr 25, denah bekas jalan rel petak eks-Stasiun Tugu
dengan eks-Stasiun Kota Trenggalek |
Setelah melewati area tersebut, bekas jalur rel menjauh dari jalan raya, (Gbr 24, Gbr 25) hingga ke lokasi yang berada pada titik 8°1'42.9762''S 111°38'10.8395''E, dimana tempat yang bernama SMPN 1 Tugu dan balai desa Dermosari merupakan bekas area akhir atau ujung dari lintas cabang jalur kereta api Tulungagung-Trenggalek, yaitu stasiun Tugu. (Gbr 26)
|
Gbr 26, denah bekas Stasiun "terminus" Tugu
Ujung dari lintas jalur mati Tulungagung-Trenggalek |
Baca juga..
Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 1
Jalur Mati KA: Tracking Tulungagung-Trenggalek Part 2